Tidak Ada Sumpur Kudus tidak Ada Indonesia
Negara
dibesarkan oleh sejarahnya. Sumpur Kudus aset sejarah. Sumpur Kudus ikut
membesarkan negara. Di sanalah PDRI mengambil alih wewenang negara ketika
Soekarno dan Mohammad Hatta jatuh dalam tawanan kolonial Belanda.
Pembentukan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) sebagai langkah tepat untuk
menjaga stabilitas nasional, setelah pemerintahan yang berpusat di Yogyakarta
diserbu dan diambil alih oleh Belanda. Soekarno mengeluarkan surat mandat
kepada Syafroedin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan sementara.
Syafroedin
Prawiranegara kemudian menjalankan roda pemerintahan dari Sumpur Kudus. Wilayah
Sumpur Kudus bukan hanya wilayah Nagari Sumpur Kudus yang sekarang. Wilayah
cakupannya sangat luas. Dia sebuah kerajaan yang yang berada di bawah kekuasaan
Raja Ibadat. Raja pertama yang memeluk Islam di Sumpur Kudus.
Alasan
pemilihan Sumpur Kudus, di antaranya memang karena sulit akses ke sana. Selain
melewati jalan yang terjal dan berliku, letaknya juga terisolir dari keramain.
“Musyawarah
besar PDRI itu di rumah saya,” ujar Novesar Jamarun, putra Sumpur Kudus, yang
ranjinya bersentuhan dengan sejarah PDRI. Dia memaparkan ketika itu rapat PDRI
itu harus mobil. Pindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan alasan
keselamatan.
Menurut
Novesar Jamarun, “Sumpur Kuduslah yang mengangkat nama Syafroedin
Prawiranegara.” Kalau Sumpur Kudus tidak mengangkat nama Syafroedin, dia belum
tentu akan menjadi tokoh penting. Demikian analisa Novesar Jamarun.
Novesar
Jamarun memandang bahwa perlu penggalian mendalam terhadap sejarah Sumpur
Kudus. “Kita gali benar sejarah Sumpur Kudus itum,” ujarnya. Dia menginginkan
Kalau memang dilakukan penggalian sejarah Sumpur Kudus, baiknya juga dibukukan.
Sehingga sejarah Sumpur Kudus juga memperkaya tradisi tulis. Sehingga Sumpur
Kudus menjadi referensi sejarah. (Bersambung...)
Posting Komentar