Headlines News :
Home » » Makalah-1 UPI YPTK HERMAN NAWAS DENGAN MODEL MANAJEMEN MODERN AL-ASMA’ULHUSNA BERBASIS IT DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI BERKARAKTER Maret 16, 2013

Makalah-1 UPI YPTK HERMAN NAWAS DENGAN MODEL MANAJEMEN MODERN AL-ASMA’ULHUSNA BERBASIS IT DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI BERKARAKTER Maret 16, 2013

Written By Unknown on Senin, 04 November 2013 | 11.08

Oleh Yulizal Yunus

ABSTRAK
Ditemukan di Sumatera Barat, UPI YPTK Herman Nawas, punya model manajemen modern unggul ”al-asma’ulhusna berbasis IT” dalam pengembangan pendidikan berkarakter. Indikator Keunggulan manajemennya ini tidak saja terkesan pada perspektif administratif dan supervisi pendidikan tinggi, juga dibuktikan dengan performance plan dan peformance result (kinerja perencanaan dan kinerja hasil) dalam peningkatan penyelenggaraan tridharma perguruan tingginya. Keungulan model manajemen modern ini menempatkan UPI YPTK pada posisi perguruan tinggi berkarakter di Indonesia dan dipercaya sebagai tim perumusan formulasi pengembangan pendidikan tinggi berkarakter di Indonesia. Sekaligus sukses UPI YPTK ini mengangkat ownernya Herman Nawas menjadi tokoh pendidikan berkarakter yang terpandang di tingkat Nasional. Justru sudah dapat dipastikan, bahwa Herman Nawas dengan hasil perjuangannya membangun perguruan tinggi berkarakter ini memberikan banyak kontribusi sebagai bagian hakiki dari kebajikan manusia sebagai hadiah terbesar untuk orang lain, sekaligus membuktikan ia mampu tampil menjadi bagian “khairul ummah ukhrijat lil-nas (خير أمة أخرجت للناس…) atau umat yang terbaik memberi manfaat banyak untuk orang lain.
A. Pendahuluan
Orang bijak pernah berkata arif dalam memotivasi berkreasi: “jika anda belum tahu cara mengerjakan sesuatu, tetapi anda ikhlas memulai, anda akan dibuat tahu saat mengerjakannya”. Di situasi ini sebenarnya sentuhan tangan Allah swt seperti janjinya “’allam al-insana maa lam ya’lam (Ia mengajar manusia apa yang belum diketahuinya” (QS. al-‘Alaq/ 96:5). Seiiring dengan nilai kearifan (genius norm) yang bersumber al-Qur’an ini, ada penyadaran publik, sebenarnya al’asmaulhusna bagi umat Islam tidaklah norm baru, sudah sejak awal ke-Islam-an pun sudah diberi tahu guru, ada 99 nama terbaik bagi Allah swt dan bahkan dilagukan dan menjadi wacana wiridan dalam zikir terutama ba’da shalat.
Herman Nawas bersama isterinya Zerni Melmusi pendiri UPI YPTK, juga punya pengalaman kemanusiaan sama sebagai umat Islam yang ta’at, mengakui semula punya pengetahuan 99 nama terbaik (al-asma’ulhusna) tapi belum hafal betul sebelum mengikuti training ESQ bersama Ary Ginanjar (2003). Dari training ESQ itulah Herman Nawas terinspirasi, bertapa indah dan punya kekuatan energi, norm 99 asma Allah swt ini membentuk kepribadian dan boleh diterapkan sebagai perinsip manajemen, tetapi ketika itu ia belum tahu bagaimana mengimplementasikannya. Ia memberanikan diri mencoba mengambil 12 asma saja sebagai perinsip dasar UPI YPTK, meski belum tahun persis melaksanakannya, tetapi ia ikhlas memulai akhirnya ia menjadi tahu saat melaksanakannya secara integral dalam memenej pendidikan tinggi yang ia dirikan, yang sampai saat ini efektif menjadi ”model manajemen modern” peningkatan tri dharma perguruan tinggi dan mengantarkan UPI YPTK sebagai perguruan tinggi berkarakter.
Dari pengamatan, mengenal pasti model manajemen modern pendidikan tinggi yang dinaungi YPTK didirikan dan diketuai Herman Nawas ini, dapat diidentifikasi dengan manajemen modern al-asma’ulhusna yang diberinya basis IT (informasi dan teknologi) yang bersumber dari ide dasarnya pendirian perguruan tinggi yang dinaungi YPTK, yakni pendayafunsikan tiga komponen: komputer, software dan manusia.
B. Manajemen Berbasis IT
Manusia di era sekarang ini sejak tahun 1970-han mencermati furolog Alvin Toffler berada pada gelombang ketiga dengan karakter masyarakat informasi. Gelombang pertama dan kedua sejarah perkembangan umat manusia menurut peramal dunia masa depan ini dalam bukunya The Third Wave, adalah masyarakat tani (8000 S.M – 1700 M) dan masyarakat industri (1700 M – 1970). Namun yang tak dapat dipungkiri dalam trend sekarang baik perkembangan industri maupun masyarakat tani dalam hal menawarkan keunggulan dan kompetitif tidak bisa dilepaskan dengan teknologi informasi. Produknya dapat memasuki daya saing di dunia mesti menguasai informasi, seperti menguatkan teori “siapa yang menguasai informasi, maka ia dapat menguasai dunia“.
Herman Nawas ketua YPTK justru punya pengalaman memulai pendirian perguruan tinggi pertaman, berangkat dari infomasi, yakni (1) memulai dari informasi peluang bisnis komputer beralih dari pemasaran singer, dan (2) perguruan pertama didirikannya adalah akademi manajemen informasi dan komputer. Sesungguhnya, penguasaan informasi berhak menguasai dunia“, bukan saja sebuah teori para pakar, tetapi adalah perinsip al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an ditemukan keunggulan informasi, bahwa untuk mengangkat martabat dan mengantarkannya menguasai dunia adalah diisyaratkan dalam makna kata “asma” (yang dalam al-Qur’an terdapat 200 akar kata asma), maknanya tidak sekedar berarti “nama-nama” (baca juga Sarjon Defit, 2010) tetapi lebih luas diterjemahkan “ilmu pengetahuan“ atau “informasi” (salah satunya cermati QS 2:30-35). Keunggulan penguasaan informasi (asma) ini dapat mereview, pertama kali ditunjukan dan dibuktikan oleh Adam a.s, ia dipilih dan dikukuhkan Allah saw menjadi “khalifah fi l-ardhi“ (pemimpin dunia/ khalifah di bumi) adalah karena diberi anugerah Allah swt dalam penguasaan asma (informasi).
Sirajuddin Zar (2011) menyebut Herman sukses mengembangkan perguruan tinggi dengan manajemen penerapan 12 asama dari 99 al-asma’ulhusna, disebabkan faktor-faktor penting, yakni ia menguasai informasi di bidang keilmuan dan pengetahuannya, kemudian ia berani melangkah melaksanakan dan dalam pelaksanaannya ia punya otoritas serta didukung untuk berijitihad. Bagian dari ijtihadnya itu adalah mengambil dan menerapkan dalam manajemennya 12 asma dari 99 al-asma’ulhusna tadi, yang sesungguhnya adalah perinsip-perinsi yang diajarkan Islam dari sumber utama al-Qur’an dan Hadis Nabi saw. Benar sekali selama berpegang dengan perinsip al-Qur’an dan Hadis, jaminan sukses selalu mengikutinya. Herman satu di antara bukti dari sekian banyak bukti di dunia. Herman telah memperlihatkan kemampuan mengembangkan perinsip al-Qur’an baik dalam perinsip penguasaan informasi, maupun perinsip “khaira ummah” – manusia tebaik (QS Ali Imran/3:110) dan perinsip potensi manusia sebagai “ahsani taqwim – bentuk terbaik“ yang dengan potensi iman dan amal shalihah – kesalehan pekerjaan/ perjuangan (QS al-Tin/ 95:4) meraih reward “ajrun ghair mamnun – pahala yang tak putus-putusnya“. Ia meraih sorga dunia dalam bidang pendidikan dengan rekayasa kecerdasan anugerah Tuhan mendayagunakan informasi menjadi basis manajemennya.
Dalam memfungsi dan mendayagunakan informasi kenyataannya memerlukan media, teknologi, materi dan metode, yang semuanya itu terangkum dalam kosep Information Technology (IT). Dengan difungsikannya IT, dapat membantu kehidupan manusia dalam segala bidang, mempermudah sistem dan cara kerja, memudahkan pencapaian tujuan dan sasaran organiasi yang berangkat dari visi – misi. Artinya informasi dapat didayagunakan dalam kesatuan sistem dan organ jaringan manajemen organisasi.
Sebenarnya sudah sejak lama ada sistem informasi dalam manajemen, dikenal dengan nomenklatur SIM (Sistem Informasi Manajemen), bentuknya mulai dari yang menual sampai berbasis teknologi informasi dan komputer. Di antaranya teori Raymond McLeod (1996), bahwa SIM merupakan sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan serupa. Perfomance result kerja penyediaan informasi, menghasilakan (output) informasi yang oleh manajer/ leader digunakannya untuk memecahkan masalah dalam kerangka decision making (pengambilan keputusan). Artinya SIM yang ditunjang teknologi computer, manajer lebih mudah melakukan fungsi-fungsi manajemen seperti tadi diawal dijelaskan setidaknya fungsi: (1) perencanaan (planning), (2) pengorganisasian (organizing), (2) penggerakkan (actuating), (4) pengawasan (controlling).
SIM dalam prakteknya ketika teknologi komputer belum ditemukan, dilakukan secara manual dan berjalan serba lamban, belum efisien dan belum efektif. Sekarang dengan teknologi komputer, telah mengubah segalanya. Herman Nawas di Sumatera ini pertama bermimpi menciptakan model manajemen berbasis informasi dan teknologi komputer ini dan diwujudkannya pada perguruan tinggi manajemen, informatika dan komputer pertama kali ia dirikan di bawah naungan YPTK yang ia pimpin. Keyakinannya itu menemukan fakta bahwa dengan teknologi komputer dan informatika canggih sekarang, dokumen tidak lagi hanya disimpan secara manual seperti SIM non computer dahulu, tetapi semuanya sudah disimpan secara digital mungkin dalam sistem personal computer (PC), local area network (LAN) dan Webs yang keunggulannya sekali klik saja, semua dokumen dan data dapat ditampilkan. Hanya dalam hitungan detik saja, data dapat disajikan. Dengan kecanggihan teknologi sekarang itu memberi kemudahan proses, di mana untuk SIM hanya lagi tinggal mempersiapkan substansinya saja, sedangkan wadah, format dan frem dengan sangat mudah dapat dirancang dengan teknologi komputer, tentu saja tanpa mengabaikan kontrol ketat dari perspektif perinsip kerja dan manajemen, karena SIM itu sendiri adalah bagian dari ilmu manajemen.
Menjadikan IT sebagai basis manajemen dewasa ini sudah merupakan kemestian kalam cepat maju. Informasi dalam dunia global sekarang terus berkembang dan tersaji tanpa batas ruang dan waktu. Demikian pula setting (ruang dan waktu) serta iptek terus berubah seiring dengan perubahan sistem kehidupan yang kian dinamis dan pemikiran yang kian brillyan. Siapa yang memanfaatkan teknologi infomasi menjadi basis memenej kelompok kehidupan masyarakat, memberi jaminan selamat dan berada di titik garda terdepan dalam mengukir perubahan. Kerangka pemikiran seperti ini yang sudah ditawarkan Herman Nawas dan isterinya Zerni Melmusi selepas keduanya bekerja pada perusahaan besar sebelum tahun 1984. Keduanya memacu diri dengan mendirikan YPTK diisi dengan pertama mendirikan AMIK YPTK yang kemudian berkembang seperti sekarang UPI YPTK. Keduanya tidak berhenti hingga itu, manajemen tidak saja diberi basis IT tertapi dikonsolidasi dengan penerapan sistem nilai yang diadopsi dari 12 asma dari 99 al-asma’ulhusna, yang pada gilirannya efektif manajemen al-‚asma’ulhusna ini mengantarkan UPI menjadi perguruan tinggi bersar yang amat diminati dan menjanjikan sesuatu yang mahal yakni berkarater.
C. Manajemen al-Asma’ulhusna
Herman Nawas bersanding dengan isterinya Zerni Melmusi tidak serta merta menciptakan manajemen al-Asma’ul-Husna (al-asma’ulhusna) ini, dan tidak pula sebuah keajaiban yang datang tiba-tiba, tetapi ada sentuhan tangan Tuhan untuk merubah keadaan bagi hambanya yang mau mengadakan perubahan. Keberanian memulai dengan ikhlas, didukung energi doa, akhirnya menjadi tahu dalam saat merumuskan dan melaksanakan manajemen pendidikan tingginya ini.
Dalam perumusan dan pelaksanaan ”manajemen al-asma’ulhusna berbasis IT” di UPI YPTK ini dibangun Herman Nawas dari pengalaman yang berdimensi teo-humanis (ketuhanan dan kemanusiaan) yang substansinya ada kemestian menerapkan nilai kombinatif: nilia-nilai 12 asma dari 99 al-asma’ulhusna menjadi perinsip dasar UPI, akhlak mulia, nilai adat budaya lokal dan nilai luhar Pancasila sebagai way of life bangsa diperkuat nilia dari pengalaman spritual dan emosi yang harus mendapat pencerdasan (ESQ).
Pengalaman dengan substansi spiritualis, menyangkut energi doa. Doa sendiri dan orang-orang yang pernah menyantuni/ disantuni diakui Herman Nawas amat kuat. Tetapi energi doa itu tidak tiba-tiba aktif, tanpa ada kesungguhan menerima jawaban Tuhan dari apa yang kita pinta, malah tidak pantas kita berharap begitu saja berharap, tanpa sungguh mengupayakan kepantasan menerima jawaban Tuhan. Orang bijak berucap: ”tak pantas bagi kita untuk berharap mendapat jawaban dari Tuhan atas permohonan, jika kita tidk bersungguh-sungguh dalam mengupayakan kepantasan untuk menerimanya”. Herman menyadari usaha, doa, kepantasan menerima jawaban Tuhan dijalankan bersamaan. Ia mengisahkan pengalamannya, betapa hebat kekuatan energi doa sendiri dan orang yang pernah menyantuni/ disantuni. Satu ketika, disaksikan sentuhan keajaiban diberikan kepada guru. Di awal gerakan mendirikan perguruan tinggi, ku pernah menyantuni dan ”memberi” guru yang dulu sayang kepadaku ketika di SMA. Guru itu menangis haru sambil berdo’a, ”Tuhan majukan jugalah sekolah Herman ini”. Sangat sipiritualis sekali, ternyata kekuatan do’a guru, kesulitan ketenagaan teknis, dibantu semua pihak dari sekolah/ perguruan tinggi dan dari instansi pemerintah dan swasta/ perusahaan.
Ada lagi peristiwa, masih dalam substansi yang memerlukan kecerdasan spiritual. Pada sebuah penerbang ketika agenda ke Kopertis Wilayah X. Tiba-tiba pesawat berputar-putar. Semua penumpang panik. Gelisah, gundah gulana. Saya, cerita Herman, menenangkan perasaan, sadar betul spiritual sedang diuji kecerdasannya. Suasana saya rubah, dari ribut menjadi tenang. Sebuah karakter menenangkan keributan, yakni saya kumandangkan azan. Orang pada tertegun dan tenang seketika. Saat itu keberuntungan datang, pesawat berhasil mendarat dengan perut di lapangan rumput Medan. Ketika turun, saya dirangkul seorang tentara dan berucap: ”terima kasih pak haji..” dan saya tersenyum sambil berucap ”alhamdulillah” (segala puji bagiMu Tahan).
Pengalaman substansi yang memerlukan kecerdasan emosi dan uji kesabaran. Pernah terjadi peristiwa naas saat perguruan tinggi ini mulai berkembang cerita Herman. Mahasiswa saat melakukan kegiatan KBM (Kemah Bhakti Mahasiswa) di kawasan Kabupaten Padang Pariaman. Saya lihat ke lapangan, kemudian mengkuti acara di alamaten SMA-2. Ada rasa tak enak perasaan. Disusul info “kaba buruak”, seorang mahasiswa hilang, ditemukan jadi mayat, di sebuah sungai, anehnya air dangkal. Diurus dengan penuh tanggung jawab, ikhlas, sabar menahan perasaan haru seperti kehilangan anak sendiri. Air mata berlinang. Di antar bersama warga kampus rami sekali, ke rumah duka di Duri – Riau. Di sini emosi diuji kecerdasannya dan kesabaran. Sesuatu yang ironis terjadi, rombongan bukannya disambut, tetapi justru keluarga rumah duka marah besar. Empat jam rombongan pengantar terlantar, lapar dan letih campur aduk, tak di mana mau makan dan istirahat. Bahkan nyaris terancam kemarahan, kami tetap sabar. Syukur ada seseorang penyelamat, ia meyakinkan keluarga, bahwa pak Herman ini tulus, lalu saya dibawa. Pagi datang, azan berkumandang, saya tak tahu di mana masjid, saya berlari ke arah suara azan diikuti anak kita para mahasiswa. Pagi, jenazah diselenggarakan dan jam 09.00 wib dimakamkan. Pada gilirannya Allah swt membuka pintu rahasia dan memberi pertolongan bagi hambanya yang sabar dan terhindar dari fitnah dan “zu’zhan” (salah duga) dikira KBM yang membunuh. Sebuah info meyakinkan, penyebabnya bukan kelalaian pihak panitia KBM UPI, tetapi karena ada sesuatu penyakit rentan air, disebut-sebut penyakit ayan. Peristiwa yang benar-benar jadi batu ujian. Terasa sabar dan shalat menjadi menjadi senjata pencerdasan disebut al-Qur’an dengan kata “isti’an –ista’inu…” (kekuatan penolong). Peristiwa itu dievaluasi, meski terbebas dari kemarahan, tetapi jalan arif mesti dicari. Diputuskan, tidak dibenarkan lagi oreantasi mahasiswa baru dengan cara-cara lama termasuk cara kemping KBM, sebagai gantinya dilakukan training ESQ bagi mahasiswa baru.
Satu lagi peristiwa yang benar-benar menguji kesabaran dan kecerdasan emosional. Getaran politik dan eforia era reformasi masih mensuasana. Kampus AMIK diam-diam seolah dibidik serangan urat nadi, pendeknya ”mau dikuasailah ya..”, cerita Herman. Terasa sebagai sebuah konsfirasi yang substansi ada tekanan politis. Ketika itu AMIK sedang jaya, menggiurkan, bagai manten muda hamil melihat asam. Apalagi AMIK sedang promosi jadi UPI YPTK. Dalam konflik itu mahasiswa terpancing, sampai demo ke DPRD Sumbar. DPRD justru terpancing dengan isu (1) orang tertentu di DPRD tidak bisa ”sato sakaki” dan pihak AMIK tak mau bargaining, (2) isu orang tua diusir dosen dsb. Besar reaksi DPRD, saya seperti diancam dan dipanggil datang, harus dengan baju kuning dan jangan baju merah yang menjadi identitas AMIK, supaya menghindari tuduhan dari anggota partai yang memakai baju merah. Diuji kecerdasan emosional sekaligus kecerdasan spiritual. Saya tak marah dan tak takut, alhamdulillah, saya hanya takut Allah swt. Di depan kampuspun terjadi dialog yang keras, ibu Zerni tampil dan ditanya pendemo, ”memihak mahasiswa atau yayasan”, spontan ibu Zerni menjawab, ”saya berada di barisan mahasiswa”. Jawaban ibu Zerni sungguh di luar dugaan mereka, akhirnya emosi mereka menurun suasana pun jadi tenang.
Setelah kondisi di kampus kondusif. saya terus membina dosen, meminta peraturan akademik tetap ditegakan dengan santun, tapi harus dengan cara damai dan orang tua tak tersinggung. Yang memicu konflik ketika itu justru ada dosen yang terlalu keras, mungkin caranya menegakkan disiplin membuat mahasiswa dan orang tua tidak nyaman, mereka marah, tak cukup sampai ke aparat penegak hukum, bahkan mereka mau mengadili dengan cara main hakim sendiri, membawa beleti mencari dosen itu, tetapi tak terjadi apa-apa. Saya tahu ini bagian dari cobaan, tak ada cara selain sabar dan shalat dan bertahajjud, berdo’a, mudah – mudah berhasil menyalakan energi ”wasta’nuu bi l-sabri wa l-shalah” (jadikan sabar dan shalat menjadi kekuatan penolongmu…), saya tetap berbuat ihsan (berbuat baik dengan tetap menghadirkan Tuhan di mana dan kapan saja) dalam menghadapi dosen itu, berbuat elok saja dan baik dengan keluarga. Akhrinya sadar sendiri. saya tak memarahi dan tak menghukumnya, hanya menyadarkan saja di samping memberi kesempat, biar nanti mereka punya pengalamannya menjadi guru .
Dari balik peristiwa tadi, Herman Nawas berpikir, bagaimana harus mencerdaskan emosional dan spiritual warga kampus. Kata Herman Nawas: ”saya ingin datang kepada AA Gim yang ketika itu lagi populer dengan manajemen qalbunya, tetapi orang banyak memegang buku ESQ Ary Ginanjar Agustian sang motivator muda kenamaan itu. Saya menjatuhkan pilihan datang kepada Pak Ary dan tahun 2003 warga kampus di-ESQ-kan setelah saya lebih awal memasukinya”. Ini bagian lintasan peristiwa yang melatari UPI YPTK mulai mentraining warga kampus dengan ESQ dan mengganti bentuk oreantasi gaya lama dengan training ESQ bagi mahasiswa baru. Saatnya pula pada kesempatan itu, mencari manajemen yang spasifik bagi UPI YPTK, seperti sekarang boleh disebut ”manajemen modern pendidikan tinggi” yakni ”manajemen al-asma’ulhusna berbasis IT” yang dalam prakteknya menerapkan 12 asma dari 99 asma’ulhusna sbb.:
1. Menyayangi sesama (al-rahman)
2. Berlaku jujur (al-mu’min)
3. Bertanggung jawab (al-wakil)
4. Menegakkan disiplin (al-matin)
5. Berlaku adil (al-‘adil)
6. Berkoloborasi dan bersatu (al-jami’)
7. Meningkatkan kreatifitas (al-khalik)
8. Belajar dan berilmu (al-‘alim)
9. Mencegah kemungkaran (al-maani’)
10. Menjaga kedamaian (al-salam)
11. Menyukuri nikmat (al-syakur)
12. Berlaku sabar (al-shabur)
Pelaksanaan dan penerapan 12 asma dari 99 al-asma’ulhusna ini secara integral menjadi perinsip dasar UPI YPTK diperkuat penerapan nilai al-akhlaq al-karimah (etika – moral mulia) plus nilai adat – budaya lokal Minang serta nilai luhur Pancasila sebagai way of life bangsa serta pencerdasan emosi dan spiritual dengan training ESQ.
Secara analisis konsepsional dan implementatif serta pendapat mengenai pelaksanaan ”Manajemen al-Asma’ ul-Husna” UPI YPTK yang menerapkan nilai dari 12 asma dari 99 al-asma’ulhusna, dan terkesan mempertemukan titik logika dan jiwa dalam membentuk keseimbangan kehidupan jasamani dan rohani, dimensi ilahiyah (ketuhanan) dan tsaqafiyah (kebudayaan) yang sangat aplikatif.
D. Pendidikan Tinggi Berkarakter
Kementerian Pendidikan Nasional gencar mengembangkan pendidikan karakter sebagai bagian kebijakan nasional. Di antara tujuan pendidikan karakter itu (Surat Dikti, 4 Okt 2010, No.2253/D4.1/2010) adalah untuk mewujudkan generasi yang jujur, cerdas, tangguh dan peduli. Untuk mencapai tujuan pendidikan berkarakter ini, Direktorat Jenderal Pendidiklan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional RI, melaksanakan program/ kegiatan menyusun buku model pendidikan berkarakter di perguruan tinggi. Sebagai tim penyusun diundang 2 orang masing-masing perguruan tinggi yang ditunjuk dengan kriteria sudah melaksanakan pendidikan berkarakter, satu dari 25 perguruan tinggi negeri/ swasta yang ditunjuk adalah UPI YPTK Padang.
Dua puluh empat perguruan tinggi negeri/ swasta lainnya di samping UPI YPTK itu adalah (1) Universitas Indonesia (UI), (2) Universitas Gajah Mada (UGM), (3) Universitas Terbuka (UT), (4) Institut Pertanian Bogor (IPB), (5) Institut Teknologi Bandung (ITB), (6) Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, (7) Universitas Udayana, (8) Universitas Cenderawasih, (9) Institut Seni Indonesia Surakarta, (10) Universitas Mulawarman, (11) Universitas Muslim Indonesia Makasar, (12) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, (13) Akademi Teknik Mesin Indonesia Solo, (14) Politeknik Negeri Ambon, (15) Universitas Negeri Medan, (16) Universitas Negeri Padang, (17) Universitas Negeri Jakarta, (18) Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, (19) Universitas Negeri Yogyakarta, (20) Universitas Negeri Malang, (21) Universitas Negeri Semarang, (22) Universitas Negeri Surabaya, (23) Universitas Negeri Makasar, dan (24) Universitas Negeri Manado.
Kegiatan penyusunan buku pedoman pendidikan karakter pada pendidikan tinggi itu dipersiapkan menjadi pedoman bagi perguruan tinggi di Indonesia. Proses penyusunan buku pedoman itu diawali dengan pemaparan model pendidikan berkarakter di perguruan tinggi, dilaksanakan di Hotel Graha Santika Semarang (Jawa Tengah) selama dua hari Jum’at – Sabtu, 15-16 Oktober 2010. UPI YPTK ketika itu dihadiri Ir. Sumijan, MSc Wakil Rektor I Bidang Akademik, memaparkan model pendidikan karakter yang diterap di kampusnya, di hadapan 24 rektor perguruan tinggi negeri/ swasta lainnya yang diikutsertakan.
Universitas Putra Indonesia (UPI ) YPTK sudah berada pada posisi yang diperhitungkan menjadi model kampus yang menerapkan pendidikan berkarakter di Indonesia. Legitimasi itu dibuktikan Kementerian Pendidikan Nasional yang tadinya sudah memberikan amanah kepada UPI YPTK bersama 24 perguruan tinggi neger/ swasta lainnya di Indonesia.
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di UPI YPTK, dilakukan dengan strategi ”penerapan 12 perinsip dasar yang mengambil jiwa dari norm 12 asma dari al-asma’ulhusna” seperti sebelumnya sudah sebutkan. Tujuan yang diharapkan dari strategi pendidikan berkarakter di UPI YPTK ini secara khusus sudah digariskan dalam kebijakan dan dituangkan dalam buku pedomannya yang dieksplisit pada 12 butir, yang pada perinsip adalah untuk membentuk lulusan yang berkarakter ditandai dengan kecerdasan spiritual, emsional dan intelektual. Untuk memandu mencapai tujuan pendidikan karakter, UPI YPTK sudah membekali dengan buku pedoman dengan topik: ”Penerapan 12 Prisip Dasar UPI YPTK dalam Membentuk Lulusan yang Berkarakter dengan Mengintegrasikan Kecerdasan Spiritual, Emosional dan Intelektual”, yang penyusunannya diketuai Ir. Sumijan, MSc dengan pelindung penasehat Ketua YPTK Herman Nawas dan Rektor Dr. Sarjon Defit, MSc.
Perosedur dan metode serta teknik pelaksanaan pendidikan karakter di UPI sudah sangat sistematis diatur dalam pedomannya, yang pada perinsipnya dilakukan dalam mekanismen pembentukan karakter pada 2 kelompok sasaran yang secara kategoris digambarkan sbb.:
1. Mahasiswa, PBM – Kurikulum , Kegiatan Kemahasiswanaan dan Lulusan.
Mahasiswa UPI YPTK (12.000 orang/ okt 2010) dibentuk karakternya dimulai dari kebijkan rekrut mahasiswa. Seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPBM) dilakukan ketat tetapi menjanjikan dalam dua model yakni sistem YPTK Skolarship dan Reguler.
YPTK Skolarship dilakukan dalam bentuk hadiah diberikan kepada tamatan SLTA berupa pembebasan semua biaya sampai selesai syaratnya adalah dalam menjalani proses akademik mendapat rangking 5 besar dari semester I sampai semester V, lulus test tertulis dan wawancara.
Sistem reguler, mahasiswa direkrut lulus seleksi tertulis dan tes kesehatan terbebas dari Narkoba. Mereka yang berprestasi juara I dan juara II di kelasnya/ semester diberi reward pembebasan uang sekolah dan yang berhasil mempertahankan kejuaraannya berturut-turut dua kali (semester genap/ ganjil) diberi beri reward di samping bebasa uang kuliah juga diberi kesempatan studi kompertif beasiswa.
Pelaksanaan pendidikan karakter pada mahasiswa selama dalam proses kegiatan akademik mahasiswa dibekali (a) aturan selama perkuliahan dari mahasiswa baru diberi bekal ESQ, (b) aturan selama ujian yang perinsipnya menerapkan sikap jujur bila curang menggunakan jimat (disebut pakar jimat) diberi sanksi berat harus mengulang semua mata kuliah dari awal bahkan bisa diberhentikan, (c) pelayanan prima kepada mahasiswa, (d) bantuan tutorial yang bersifat akademik dengan mengoperasional kan teaching assistent dan academic advisor di samping dosen dan karyawan dalam bidang pelayanan administrasi, umum, keuangan dan kemahasiswaan, (e) pelayanan informasi dan bimbingan karir memanfaatkan situs alumni ”iluni_upiyptk@yahoogroups.com” dan situs resmi UPI YPTK ”www.upiyptk.org”, dan (f) memfasilitasi konseling pribadi dan sosial dengan mengoperasionalkan Fakultas Psikologi UPI YPTK.
Prosedur, metode dan pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran dan kurikulum, baik pada focus isi maupun focus proses mengintegrasikan 12 perinsip dasar UPI dan ESQ ke dalam setiap mata kuliah berbasis kompetensi. Dalam praktenya misalnya dosen memberikan tugas menulis kelompok, bila tulisan tidak runtut membuktikan mahasiswa ternyata belum baru sama-sama bekerja dan belum penuh bekerjasana, dalam hal ini peluang dosen memberi arah dan pencerahan sebagai wujud kecerdasan emosional dan penerapan prinsip kolaborasi dan bersatu sebagai salah satu perinsip dari 12 perinsip dasar UPI YPTK (baca Sumijan, dkk., 2010).
Pelaksanaan pendidikan karakter dalam kegiatan kemahasiswaan prosedur dan metodenya diakomodasikan dalam kebijakan kelembagaan mahasiswa. Kegiatan mereka meliputi pengembangan bakat dan minat, nalar dan ilmiah, kepribadian dan kepemimpinan yang dinilai pembimbing akademik sebagai satuan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan yang mengesankan dalam bakat dan minat di antaranya kegiatan seni yang boleh menjadi duta budaya Indonesia di samping pengembangan bakat bidang kegiatan ke-Islaman seperti MTQ, MSQ dan lomba cerdas al-asma’ulhusna. Demikian pula bakat dan minat dan kaitannya dengan pengembangan nalar ilmiah mengesankan pula dalam menciptakan robot dan ikut dalam robot Indonesia.
Dalam beraktivitas mahasiswa diarahkan kepada pengembangan diri yang diistilahkan UPI dengan personal growth. Sumijan, dkk., (2010) menginformasikan, sejak tahun 2004 pendidikan karakter mahasiswa berada pada peningkatan proses program peningkatan mental building kepada thingking skills, learning skhills dan living skills , dan program ini sudah diberikan sejak awal-awal menjadi mahasiswa (mahasiswa baru). Selain itu UPI juga menyelenggarakan program mahasiswa unggul untuk menjaring rijal al-ghad yang istilah UPI future leader dan membinannya sejak awal, diisi dengan kegiatan caring and sharing antara pakar/ praktisi dengan mahasiswa membahas seputar isu aktual, dengan harapan student to day and leader tomorroi (syubban al-youm, rijal al-ghad) yakni sekarang mahasiswa besok pemimpin.
Demikian pula menciptakan alumni berkarakter dilakukan dengan prosedur dan metode yang diakomodasikan dalam kebijakan alumni dalam manajemen kemahasiswaan dan alumni. Dilakukan studi pelacakan (stracer study) alumni dengan pengguna., arahnya adalah melakukan evaluasi terhadap performance (kinerja) lulusan. Metodenya memakai instrumen ”borang isian evaluasi kinerja alumni” dikirim kepada pihak pengguna melalui faks, surat di milist alumni, surat langsung ke alumni lewat e-mail atau facebook atau situs resmi UPI YPTI ”http://upiyptk.org/” atau situs alumni ”http://iluni.upiyptk.org/”.
2. Sumber daya manusia (dosen dan tenaga penunjang)
Pelaksanan pendidikan berkarakter oleh dan untuk dosen dan karyawan di UPI diakomodasikan dalam kebijakan manajeman sumber daya manusia. Prosedur dan metode pelaksanaannya dilakukan dalam sebuah strategi menjawab tantangan dan peluang. Strategi itu diarahkan kepada tiga kebijakan yakni (a) pengembangan dan pengelolaan akademik, (b) penginkatan manajemen internal dan (c) pembiayaan.
Pengembangan SDM dengan pengembangan dan pengelolaan akademik, diarahkan Herman pada perubahan karakter SDM yang tangguh dan jujur. Penerapan karakter ini diawali dari kehadiran jam 07.15 wib seluruh pimpinan, dosen dan karyawan di masjid kampus (masjid rahmatan lil’alamin). Di masjid ini diambil absen, yang terlambat tanpa berita ada sanksi dan dengan sadar berjanji tak terlambat lagi. Kenapa absensi di masjid, Rektor memandang cara ini efektif, di masjid ini terasa kombinasi dimensi manusia dan tuhan dan tak mungkin berdusta. Absensi melalui teknologi, masih banyak peluang berbuat tidak jujur dan ini menyalahi perinsip yang diamanatkan Pak Herman perinsip kejujuran. Justru di UPI ini hampir semua pintar teknologi informasi, kalau tidak jujur seseorang staf bisa saja meminjam jari temannya untuk menyatakan kehadirannya lewan mesin yang disediakan.
Dari fenomena ini beralasan Pak Herman mengamanahkan untuk memfungsi masjid kampus ”rahmatan lil’alamin” ini sebagai pusat kegiatan pendidikan informal UPI YPTK dalam perubahan karakter. Kegiatannya membiasakan mengisi jiwa dan mencas hati dengan wiridan zikir al-asma’ulhusna, berdo’a membaca al-fatihah dan mengikrarkan 12 prinsip dasar UPI. Khusus hari jum’at ditambah dengan kegiatan tadarrus yakni membaca al-Qur’an dan terjemahannya secara bersama-sama. Di sisi lain dua minggu sekali dilakukan sharing spiritual setiap pimpinan dan dosen dengan mengundang pakar agama di bidangnya. Dari masjid ini memancar dan menunjukan nilai akhlak mulia dalam kepribadian yang menawan yang secara informal dapat mengajak mahsiswa, orang tua/ wali dan masyarakat yang senantiasa jujur dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Kemudian dalam perkuliahan, Herman Nawas mengamanatkan dosen sebelum dan sesudah memberikan kuliah, dosen diwajibkan memberi materi ESQ antara 5 dan 10 menit, berdo’a membaca umm al-Qur’an al-Fatihah sebelum kuliah dimulai, mengikrarkan 12 prinsip dasar UPI YPTK, berzikir al-asma’ulhusna, dan di akhir kuliah ditutup dengan do’a. Cara ini diekspilistkan dalam peraturan akademik UPI YPTK termasuk juga mengatur perlengkapan seperti pakaian, yakni dosen lelaki adalah berkemeja panjang tangan berdasi dan wanita muslimah memakai jilbab (mudawarah), di samping menata prilaku seperti aturan warga kampus lainnya. Herman berharap warga UPI YPTK bisa tampil beda pada karakter dengan perguruan tinggi lain. Menciptakan karakter SDM seperti ini, maka 12 perinsip dasar UPI YPTK wajib diterapkan bukan hanya dosen tetapi oleh seluruh civitas akademika terpadu dengan pola program berbasis keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dan spiritual. Pengembanga program ini bekerjasama dengan ESQ Leadership Centre Jakarta, lembaga psikologi dan manajemen qalbu dll.
Pada sisi lain pengembangan SDM dengan manajemen internal, Herman mengamanatkan, menejemen UPI YPTK, berada di garda terdepan membawa perubahan tidak saja pada kualitas akademik tetapi juga pada prilaku yang seimbang antara aspek manusia dan ketuhanan yang perinsip ini seperti sebelumnya dijelaskan dikenal dengan istilah teo-humanis. Ini bisa dicapai menurut Herman dengan mengamalkan 12 perinsip dasar dan pembentukan kepribadian kesimbangan kecerdasan inteletual, emosional dan spiritual melalui ESQ dan pekasanaanya diberi basis aplikasi teknologi informasi. Secara teknis memenej akademik diserahkan sepenuhnya kepada Rektor. Rektor pun mengaplikasi amanat ketua YPTK ini, dengan teknik manajemen pengelolaan pendidikan tinggi, mengakomodasikan prinsip terpadu dengan sistem manajemen efektif dan efisien dalam mengembangkan satuan organisasi dan satuan kerja program akademik, sumber daya manusia, keuangan sarana dan sarana, yang kinerjanya secara profesional efisien meningkatkan unit akademik utama yakni fakultas dalam menerapkan sistem imbal jasa dalam peningkatan kinerja dan produktifitas yang unggul, kompetitif dan berdaya saing.
Pengembangan SDM dengan pembiayaan, diamanatkan Herman, dana yayasan dialokasikan menganut perinsip kemajuan dimenangkan dengan peningkatan daya saing kompetitif pada kualitas lulusan dan kesehatan organisasi. Dalam pelaksanaannya dana yayasan diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan investasi dan pengembangan, karenanya untuk memperkuat pendanaan, Herman bersama-sama dosen dan karyawan secara kreatif melakukan penggalian dana masyarakat baik melalui kegiatan yayasan (YPTK) sebagai ventura akademi, maupun melalui kegiatan akademik (UPI) dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat/ pelayanan diseringkan dengan kebutuhan masyarakat dan program pemerintah bidang pendidikan dan kebudayaan.
Aspek yang tidak kalah pentingnya pengembangan SDM, Herman Nawas menyediakan fasilitas kepada pimpinan, dosen dan tenaga kependidikan. Kalau sebelumnnya dijelaskan tugas pokok dan fungsi dalam kepemimpinan didukung pasilitas, justru Herman mengamanatkan kepada pimpinan, bila ada tuntutan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara prima mesti didukung pasilitas. Karenanya pula yayasan mendia pasilitas dalam pelaksanaan tupoksi, menyediakan hak dalam pelaksanaan kewenangan dan menyediakan reward dalam pelaksanaan tanggungjawab, untuk merangsang peningkatan kinerja dan kreatifitas produktifitas. Di antara pasilitas yang disediakan: asuransi kesehatan karyawan dan seluruh keluarga berapun jumlah anaknya, dana pensiun bekerjasama dengan BNI 1946, kredit perumahan, kredit kendaraan dan kebutuhahan penunjang lancaranya pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi (pendidikan, pengajaran dan pengabdian/ pelayanan), pelatihan ESQ, kesempatan naik haji dan umrah, studi banding dosen, karyawan dan mahasiswa dalam/ luar negeri, makan siang gratis bagi seluruh karyawan, bahkan menyediakan makan siang bersama dengan pasilitas restorasi khusus bagi mahasiswa pasca sarjanan sehingga mereka fokus belajar tidak memikirkan di mana makan siang pada saat studi.
Pada akhirnya dapat diberi catatan penting, kunci sukses Herman Nawas mempelopori dan melaksanakan ”manajemen al-asma’ulhusna berbasi IT” yang sangat-sangat teo-humanis sentris, terletak pada type kepemimpinannya yang effektif – transformative yang selalu menyalurkan energi positif kuhsusnya mampu menyalakan enerji zikir dan doa dan menjadikan teknologi asma (informasi) sebagai kekuatan dalam menciptakan UPI YPTK unggul dan kompetitif sebagai ”perguruan tinggi besar yang berkarakter diakui Kementerian Pendidikan RI”. Kekuatan ini tetap dan konsisten dipelihara dengan (1) menerapkan 12 perinsip dasar UPI YPTK terambil dari 99 al-asma’ulhusnan dalam pembentukan kepribadian seimbang antara kecersan spiritual, emosionan dan intelektuan dengan training ESQ (Emotional And Spiritual Quotient), (2) memenuhi prinsip manajemen dan leadership yang dalam mengadministrasikan perguruan tinggi mampu mengoperasional kelembagaan, SDM serta modal ventura yayasan menjadi investasi besar mengakomodasi pelaksanaan (a) tupoksi dengan penyediaan pasilitas yang cukup, (b) kewenangan dengan menentukan hak dan kewajiban dan (c) pelaksanaan tugas dengan menyediakan reward (penghargaan) yang menyenangkan. Selain itu yang boleh menjadi catatan penting adalah, Herman Nawas dan istrinya Zerni Melmusi merupakan dua pilar utama yang mampu melakukan sharing memenej mulai dari mendirikan sampai mengamanah UPI YPTK melangkah lebih maju membangun peradaban dalam berbagai lingkungan strategis (dari lokal sampai global).
E. Kesimpulan
Di akhir paparan penelitian ”Herman Nawas Pelopor al-asma’ulhusna Berbasis IT” ini, ada dua hal yang menarik dikatakan bahwa Herman Nawas:
1. Ketika orang latah mengatakan, ”zikir ke zikir saja apa yang dapat!?, ternyata, Herman Nawas dengan menyalakan energi zikir al-asma’ulhusna hanya 12 asma saja yang dijadikannya perinsip dasar dan model manajemen UPI YPTK disertai menciptakan keseimbangan kecerdasan spiritual, emosional dan intelektual dengan ESQ, kekuatannya luar biasa, ia mendapat tidak saja kemuliaan dan kebesaran tetapi juga kemajuan manajemen pendidikan tingginya UPI YPTK yang mencengangkan dan hasilnya secara materiil dan materian dapat berfungsi sebagai bagian hakiki kebajikan manusia yang dapat menolong orang. Ternyata pula, tidak banyak orang tahu dengan kekuatan enerji zikir, (dalam sumber hadis riwayat al-Tarmizi) bahwa Allah besama orang yang zikir, siapa yang berzikir dikeluarkan dari neraka (susah atas segala kesusahan), karenanya zikir lebih utama dari segala amal, zikir lebih mulia dari emas dan perak, zikir lebih mulia dari berinfak dengan emas dan perak, zikir lebih utama dari perang dll.
2. Kedua tentang manajemen pendidikan tinggi, masih banyak yang mencari dan atau mencoba dan uji coba – trial and eror mempraktekan teori manajemen modern yang pas bagi pendidikan tinggi dalam menciptakan pendidikan berkpribadian (berkarakter), ternyata Herman Nawas bintang di langit Minang, tokoh pendidikan nasional, sudah menciptakan dan berhasil melaksanakan manajemen modern pendidikan tinggi yang boleh disebut dengan ”manajemen al-asma’ulhusna berbasis IT”. Basis IT yang diaplikasikan sekali membuktikan, siapa yang menguasai informasi atau asma dari perinsip al-Qur’an, seperti Adam as dapat memimpin dunia, Herman Nawas pun menguasai informasi dan 12 asma, maka ia menguasai dan meraih supremasi sebagai tokoh pada posisi yang diperhitungkan dalam dunia pendidikan tinggi.
Dalam penemuan sistem manajemen modern pendidikan tinggi ini, Herman Nawas tidak sendirian berjuang. Ia bersama istrinya Dr. Zerni Melmusi, MM.Ak, merupakan dua pilar utama menemukan manajemen itu dan mendapat dukungan kuat seluruh warga perguruan tinggi yang diselenggarakannya UPI YPTK. Hasilnya memuaskan, mengantarkan perguruan tinggi ini pada posisi yang diperhitungkan dalam bidang pendidikan tinggi yang berkarakter. Reward secara nasional diterima UPI, adalah kepercayaan Mentri Pendidikan RI untuk menyusun model pendidikan berkarakter pada perguruan tinggi dan menjadi pedoman bagi perguruan tinggi di Indonesia. Kepercayaan itu direalisasikan, Rektor UPI YPTK diwakili Wakil Rektor I Ir. H. Sumijan, MSc. dikirimnya mempresentasikan ”cara UPI YPTK menciptakan pendidikan tinggi berkarakter”, di depan 24 Rektor Perguruan Tinggi Negeri/ Swasta besar di Indonesia, dalam sebuah agenda ”program pendidikan berkarakter Kementerian Pendidikan Nasional” tanggal 15-16 Oktober 2010.
Faktor pendukung Herman Nawas dalam menciptakan dan melaksanakan model manajemen modern pendidikan tinggi ini yang paling mendasar adalah kemampuannya mengeksplisitkan experiennya yang berharga, baik dari pengalaman kehidupannya masa kecil di Purus Padang yang turut membantu orang tuanya berusaha, sampai kepada pengalamannya yang pernah meraih sukses dalam perusahaan berskala internasional Singer sebelum tahun 1984 dan kemudian banting stir ke pemasaran komputer. Selain itu juga pengalaman spiritual yang ditempuh dalam berbagai peristiwa sulit, saat memulai membangun usaha memasarkan komputer sampai mendirikan pertama kali perguruan tinggi manajemen, informasi dan komputer sampai menjadi universitas besar yakni UPI YPTK benar. Fenomena ini bernar-benar menguji kecerdasan intelektuan, emosional dan spiritual, kerena berhadapan dengan masyarakat yang awam komputer dan mempersepsikan barang aneh dan mahal, tidak feasible, tak cukup hingga itu perbankan saja tidak mau meminjami modal selain dari yang berani Bukopin masa Dirutnya Nazif bagi pembangunan gedung kampus pertama.
Memulai memenej perguruan tinggi dia awal-awal periode, pada mulanya Herman Nawas tidak banyak tahu, sistem informasi manajemen (SIM) memanfaatkan komputer yang pas bagi penyelenggaraan pendidikan tinggi. Namun ia berani berobsesi dan obsesinya itu diperjuangkan jujur, ikhlas dan disiplin. Akhirnya benar juga di mana ada kemaun di situ ada jalan. persis seperti ungkapan orang bijak, “jika anda belum tahu cara mengerjakan sesuatu, tetapi anda ikhlas memulai, anda akan dibuat tahu saat mengerjakannya”. Pada gilirannya sentuhan tangan Allah swt sampai juga kepadanya, dan Allah swt justru berjanji kepada hambanya “’allam al-insana maa lam ya’lam (Ia mengajar manusia apa yang belum diketahuinya” (QS. al-‘Alaq/ 96:5).
Pekerjaan besar menyelenggara pendidikan tinggi baru dimulai, biasa banyak ujian yang dilalui. Ada saja peristiwa pahit seperti wafatnya seorang mahasiswa dalam kegiatan oreantasi mahasiswa baru KBM sampai konspirasi bernuansa politik yang memicu demo menuntut disiplin akademi yang dilakukan. Hampir-hampir saja peristiwa itu membawa imej negatif bagi perkembangan kampus. Namu berkat sabar, ikhlas dan selalu elok (berbuat ihsan – tak lupa Tuhan) ujungnya manis manis juga diterima Herman Nawas.
Buah manis itu menyadarkannya perlu kecerdasan emosional dan spiritual. Lalu Herman mencari upaya pencerdasan emosional, bertemulah dengan Pak Ary sang motivator yang dikagumi sedang top-topnya mengusung ESQ. Herman Nawar mengikutinya dan membawa kampus (karyawan, dosen, mahasiswa plus orang tua mahasiswa). Disusul dengan gerakan meng-ESQ-kan tokoh siswa tergabung dalam Osis, serta masyarakat yang terjebak konflik (akidah, sosial budaya, krisis moral dsb), dilakukan dalam event pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu dharma dari tri dharma perguruan tinggi yang dilakukan UPI.
Nilai pencedasan warga kampus dan masyarakat itu diperkuatnya dengan mencerna nilai folkways (nilai yang mengakar masyarakat). Nilai itu bersumber dari adat budaya lokal sebagai pelaksanaan agama (di antaranya nilai akhlak mulia) dalam nafas syara’ mangato adat mamakai pada masyarakat Minang diperkuat pula dengan nilai luhur Pancasila sebagai way of life bangsa.
13. Nilai budaya lokal dan agama yang menonjol dalam fenomena Sumatera Barat, terdapat kegiatan masyarakat agama berbasis surau seperti tradisi mewiridkan sifat 20 kemudian bergeser ke fenomena wiridan al-asma’ulhusna. Fenomena mewiridkan al-asma’ulhusna ini berangkat dari tradisi orang tua-tua berbasis surau, madrasah tarbiyah dan pesantren, kemudian menjadi populer setelah diusung Ary Ginanjar dalam event besar ESQ yang amat populer. Di Padang Wali Kota Fauzi Bahar mengusungnya pula yang tidak hanya terbatas pada event warga masyarakat terkait dengan kegiatan kota, tetapi diwiridkan pada sekolah-sekolah mulai dari satuan pendidikan PAUD (termasuk TK), satuan pendidikan dasar (SD – SMP) sampai ke satuan pendidikan menengah (SMA). Dari fenomena ini Herman berfikir dari wirid dan dikumandangkan saja al-asma’ulhusna itu, sudah sedemikian hebat mempengaruhi jiwa dan membangun spirit, apalagi kalau digali nilainya lalu diterapkan dan berbagai kebijakan, dipastikan dapat menyalakan spirit sebagai daya dorong yang kuat bagi lembaga menciptakan karakter yang sangat-sangat Islam dan damai. Tanpa menunggu waktu, obsesinya itu di-follow up, ia mengambil 12 asma dari 99 al-asma’ulhusna dan dijadikan sebagai perinsip dasar sekaligus diikrarkan civitas akademika sebagai janji UPI YPTK.
Dengan penerapan jiwa nilai 12 asma ini dalam kebijakan akademik dan administratif, Herman sukses menciptakan atmosfir kampus dalam peningkatan pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi dengan karakter:
1. Menghadirkan citra Islam damai di kampus, tak lagi ada warna kekerasan, eforia dan demo protes-protes yang kepablasan dalam kerangka pikir yang rancu.
2. Warga kampus insan berbudi luhur (pimpinan, staf dan mahasiswa) dengan mempraktekan: sikap menyayangi sesama (tanpa membedakan etnis dan kelompok sosial lainnya), jujur, bertanggung jawab, disiplin, adil, berkoloborasi dan bersatu dengan masyarakat memajukan kampus, kreatif, budaya belajar memperkuat ilmu, waspada kemungkaran/ pekat, damai, syukur nikmat dan sabar.
3. Pendidikan dan pengajaran, mata kuliah diintegrasikan dengan tiga nilai (a) jiwa 12 asma Allah swt, (b) dengan nilai kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) dan (3) hakekat nilai moral dan etika (akhlak mulia) yang digali dari sumber agama, budaya dan nilai luhur bangsa, mendidik generasi berpengalaman, cerdas dan jujur di samping kepribadian yang lahir dari jiwa 12 asma yang menjadi perinsip dasar UPI tadi. Jujur pimpinan, jujur pegawai memberi pelayanan, jujur dosennya mendidik dan mengajar dan jujur mahasiswa yang paling mengesankan tak jujur dalam ujian, apalagi ada kesan curang meraih nilai, beresiko tinggi pada mahasiswa diskor dan atau diberhentikan.
Tentang komitmen kejujuran ini bila dikaitakan dengan fenomena UN sekarang, penting dalam mengangkat martabat guru/ dosen berkarakter dan siswa/ mahasiswa berkpribadian. Sembilan tahun dari SD sampai SMA guru mendidik siswa jujur. Guru tahu berul siswanya, begitu pula siswa, bau gurunya saja sudah mereka kenal. Mereka hormat kepada guru. Tiba-tiba dalam tempo dua hari saja UN, martabat guru hancur, tak ada lagi kejujuran yang ditanamkan selama 9 tahun itu. Mulai dari menjemput soal guru diawasi polisi, di mana lagi kepercayaan kepada guru. Dalam ujian disadari guru atau tidak ada saja kunci jawaban yang memaksa guru menunjukan murid ujian. Apa lagi sekolah di kampung terpencil yang mustahil sepintar anak kota yang kaya discursus (wacana ilmu) dan buku. Kelulusan tinggi mesti juga dicapai, sebab kelulusan tinggi itu menjadi kinerja bagi pemerintahan daerah dalam bersaing merebut kue pembangunan. Ketika guru dipaksa keadaan/ kekuatan maya menunjukkan murid ujian, melanggar perinsip kejujuran yang diajarkan, pastilah menjerit batin guru. Anak yang ditunjukan tidak percaya diri, hanya berharap bantuan guru saja, dampaknya melumpuhkan etos belajar murid dan mengurangi kepercayaan murid terhadap ajaran kejujuran yang diajarkan gurunya selama ini. Guru tak berdaya, malah air mata guru jatuh ke perut, sedih dan menyedihkan, kepercayaan kepada guru mengalami erosi dan bangkrut. Martabatnya luntur. Tak ada lagi karakter guru yang selama ini banggakan. ”Malang nasibmu guru“. Dari fenomena ini mulia sekali pendidikan berkarakter yang dilakukan UPI YPTK.
4. Penelitian menjadi basis pembuatan kebijakan mengakomodasikan tekad dan semangat “melangkah lebih maju” dan kesempatan terbuka dengan manajemennya promosi dari teaching menjadi perguruan tinggi besar pada tingkat tertinggi “international research university”;
5. Pengabdian kepada masyarakat dengan prioritas meng-ESQ-kan dan membantu baik moril – materil untuk mencerdaskan emosi dan spiritual masyarakat yang terkena bencana, masyarakat dagang di kawasan pantai yang rentan dengan pekat/ kemungkaran, kawasan makam yang rami dikunjungi seperti makam Syeikh Burhanuddin Ulakan Pariaman, kawasan yang telah belasan tahun didera konflik seperti di Muara Pingai Saning Bakar Solok dipicu oleh kepentingan ekonomi dan kepentingan politik sesa’at.
Keberhasilan pengabdian masyarakat UPI YPTK, memposisikan Herman Nawas sukses sebagai tokoh masyarakat. Kunci sukses Herman Nawas sebagai tokoh masyarakat, terletak pada tingginya rasa empatinya kepada masyarakat terutama yang terancam berbagai krisis dan bencana. Empatinya kepada masyarakat menciptakan kedamaian di antaranya dapat disimpul dalam mereview ulang ceritakannya singkat: (a) fenomena pedagang pantai Padang tidak serta merta terpengaruh dengan isu gempa dan tsunami meskipun akidah dan ibadat bagi mereka berlum prioritas dan rentan terseret pekat. Tergerak hatinya memberi reward dengan membawa mereka menikmati alam kampus UPI YPTK sambil memperlihatkan suasana orang modern gagah berjas tapi tak sungkan bersujud kepada Allah sebagai upaya mencerdaskan dan menyadarkan mereka dalam keadaan apapun tak boleh lupa dengan Tuhan di berjuang bagi keberlanjutan hidup yang bersih dan jujur. Mereka dibekali pula ESQ untuk menambah kecerdasan emosi dan spiritual mereka yang Islami, (b) fenomena masyarakat Muara Pingai Saning Bakar Solok yang konflik sudah belasan tahun ”cakak banyak serta berbuat makar membakar rumah” dibekali Herman ESQ sehingga mereka kembali hidup rukun damai berdamping yang dulunya terbakar konflik dipicu kepentingan sesaat, (3) fenomena masyarakat lingkungan makam seperti di makam Syeikh Burhanuddin Ulakan, yang tanpa disadari rentan menyulut krisis akidah dan rentan parakktek syirik dari prilaku pengunjung ke makam, ia terpanggil untuk membawa owner makam dan masyarkat sekitar untuk diberi bekal ESQ. Hasilnya positif, dari pernilai masyarakat, diakui berbai’at melalui ESQ didukung IT yang diusung Herman Nawas ke sana, lebih hebat kekuatannya dari tradisi berbai’at di surau dengan memegang kain putin dan sakin untuk meresapkan akidah dan terhindar dari perbuatan yang melanggar akidah yang benar , buktinya ada tadinya orang yang tidak cerdas dalam paham keagamaan, berubah total mampu memahami dimensi akidah dan jebakan syirik.
Di sisi lain, sebagai seorang insan berbudi dan makhluk sosial yang cerdas dari pengalamannya, Herman dan isterinya Zerni Melmusi di samping sukses dalam menejerial dan administrasi pendidikan tinggi, juga punya 3 sukses besar:
1. Sukses sebagai status anak yang santun kepada orang tua dalam keadaan bagaimana pun juga,
2. Sukses sebagai status orang tua (ayah – ibu) mempersiapkan mendidik anaknya khusus putra satu-satunya Muhammad Ridwan punya kemauan belajar cerdas, sehingga mampu memimpin, berkpribadian, lembut, jujur mempejuangkan cita-cita YPTK yang menaungi UPI ditandai dengan kemampuannya menjatuhkan pilihan kuliah hanya di UPI sebagai penghargaan terhadap perguruan tinggi yang didirikan orang tuanya. Ia punya tekad siap dan menyiapkan diri sebagai generasi penerus melanjutkan perjuangan YPTK bila suatu saat tugas itu terpundak padanya,
3. Sukses sebagai suami, menempatkan isterinya Zerni sebagai ibu di rumah tanggan dan pilar utama mendukung perjuangannya dalam mewujudkan cita-cita YPTK, demikian pula Zerni sukses sebagai isteri menjadikan suami pemimpin di rumahnya dan mendukugnya dalam menjalankan pereusahaan. Dalam sukses seperti ini, ada ungkapan orang dekat: ”tak mungkin Herman sesukses sekarang ini kalau tidak Zerni sebagai pendamping hidupnya”. Kesetian dua insan yang berbahagia ini sudah sejak dulu ketika memimpin Osis di SMA, Zerni berperan sebagai penyeimbang, juga demikian sampai sekarang di rumah dan di dalam karir enterpreneurship.
Semua sukses Herman Nawas tadi baik dari perspektif menejerial dan administratif pendidikan tinggi, maupun suksesnya sebagai insan yang cerdas adalah buah (performance plan dan peformance result – kinerja perencanaan dan kinerja hasil) dari keunggulan ”manajemen al-asma’ulhusna berbasis IT”. Ia tokoh pendidikan, sudah banyak memberikan bagian hakiki dari kebajikan manusia sebagai hadiah terbesar untuk orang lain, membuktikan ia mampu tampil menjadi “khairul ummah ukhrijat lil-nas (خير أمة أخرجت للناس…) atau umat yang terbaik memberi manfaat banyak untuk orang lain.
REFERENSI
Abdul Qadir S.,terj., Membaca, cet.IX. Jogjakarta: Diva Press Group, 2008
Afan, Gaffar, dkk., Merebut Masa Depan. Jakarta: Amanah Putra Nusantara, 1996
Al-Hazimiy, Khalid bin Hamid, Prof. Madya Dr., Dasar – Dasar Pendidikan Islam, Cet. I. Al-Madinat al-Munawwarah: Dar ‘Alam al-Kutub, 2000
Ali, Rokhman, Teori Organisasi dan Manajemen Publik. http://www.powerpoint-search.com/, 2010
Alwisral Imam Zaidallah, Drs., Mpd., Mutiara Asmaul Husna dalam al-Qur’an Jalan Menuju Surga. Jakarta: Kalam Mulia, 2008
Arbinger, Leadership and Self-Deception. Jakarta: Esensi, 2006
Arni Muhammad, Dr., Komunikasi Organisasi, cet.IX. Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Ary, Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan Spiritual – ESQ Emosional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukum Iman dan 5 Rukun Islam, cet.XIII. Jakarta: Arga, 2003
Atmosudirdjo, S. Prajudi, Dasar-dasar Ilmu Administrasi. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1986
Basri, S., Budaya Organisasi perguruan Tinggi, Studi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi “Abdi Bangsa Indonesia” (Desertasi).Universitas Negeri Malang, 2002
Bethel, Sheila Murray, ter., Dra. Med. Meitasri Tjanrasa, Mengubah Keadaan (Making Difference) Dua Belas Siffat Menjadi Seorang Pimpinan Ulung. Grogol: Binarupa Aksara, 1994
Asnawir, Manajemen Pendidikan (Transparan Presentasi). Padang: PPs IAIN IB, 2010
______, Perbandingan Pendidikan. Padang: IAIN-IB Press, 2009
______, Supervisin Pendidikan. Padang: IAIN-IB Press, 2007
Dhanay, Tugas dan Fungsi Supervisi Pendidikan. http://www.dhanay.co.cc/, 2009
Effendy, Onong Uchjana, Sistem Informasi Manajemen.Bandung: Mandar Maju, 1989
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen, edisi pertama, cet. I., Jakarta: Prenada Media, 2005
Gordon, Thomas, Kepemimpinan yang Efektif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1986
Hamdan, Rasyid, KH, Dr., MA, Sufi Berdasi. Jakarta: Al-Mawardi, 2007
Handoko, T. Hani, Manajemen (Edisi 2). Yogyakarta: BPFE, 2003
Hardiansyah, Analisis Peranan Sistem Informasi Manajemen Berbasis
Komputer Dalam Proses Pengambilan Keputusan Bagi Manajer dalam Perusahaan/Organisasi (http://www.scribd.com/), 2011
Hasan, Yusuf, A. dkk., Pedoman Pengawasan, Jakarta: CV Mekar Jaya, 2002.
Hude, M. Darwis, Dr., MA., Emosi, Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia dalam Al-Quran. Jakarta: Erlangga, 2006
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, terj. AsmaulHusna, cet.VII. Jakarta:2008
Idi Subandy Ibrahim, Kecerdasan Komunikasi Seni Berkomunikasi kepada Publik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2003
Kadir, Abdul, Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi.
Leod Jr., 2003
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Jakarta : Balai Pustaka.
Kartini, Kartono, Dr., Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Oemimoin Abdnormal Itu, ed. Baru, cet.VII. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994
Key, S., Organizational Ethical Culture: Real or Imagined? Jurnal of Businnes Ethics, 1999.
Manullang, M. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Manan, Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989
Maxwell, John C., terj, Berfikir Lain dari yang Biasanya (Thingking for a Change). Batam: Karisma Press, 2004
_______, Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda. Jakarta:Bumi Aksara, 1995
Ouchi, W.G., Theori Z. New York: Addison-Wesley, 1981
Permadi Alibasyah, Ir., Bahan Renungan Kalbu, Pengantar Mencapai Pencerahan Jiwa, cet.II. Bandung: Cahaya Makrifat, 2006
Piet, A. Sahertian, Drs, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasioanal, 1981.
Rawls, “A Theory of Justice” dalam Reason and Responsibility, Joel Fainberg (ed). California: Belmont, 1978
Raymond Mc., Sistem Informasi Manajemen, Jilid I. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 1996.
Robert Heller, Pionir Besar Manajemen Teori dan Praktek, Jakarta: Esensi, 2008
Sahertian, Piet, A., Drs, Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasioanal, 1981.
Siagian, P. Sondang, istem Informasi Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara, 2005
Soejitno, Irmin, Kepemimpinan Melalui asmaul Husna. Jakarta: Batavia Press, 2005
Sudibyo, Placidus. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : Universitas Terbuka, 2001
Suyadi, Prawirosantoso, Drs., MBA., Model Pendekatan Atas Sumber Daya Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara, 1994
Tim Penyusun Ditjen Baga Islam, Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama. Jakarta: Depag RI Ditjen Baga Islam, 2003
Umar, Sulaiman Al-Asyqar, Prof. Dr., terj., Syamsuddin, dkk., Al-asma’ al-Husna.cet.IV. Jakarta: Qisthi Press, 2006
Unharsputra, Administasi/ Manajemen Pendidikan. http://unharsputra.wordpress.com/, 2010.
Wahyono, Teguh, Kmputer Based Information System (CBIS), 2003
White, R.E., terj. Tips Mudah Menjadi Pemimpin Hebat. Jogjakarta: Garailmu, 2009
Yahya Jaya, Prof. Dr. MA, H, Membahas Buku Ihya Ulumuddin Karya al-Gazali. Baca Lebih Lanjut dalam Spiritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental. Jakarta: Ruhama, 1994.
Yulizal, Yunus, Organisasi dan Manajemen Pendidikan (Makalah). Padang: PPs.IAIN Imam Bonjol, 2010
___________, Esensi Pengawasan Pendidikan Islam (Makalah). Padang: PPs. IAIN Imam Bonjol, 2010
___________, Pengembangan Adminsitrasi/ Manajemen dan Supervisi Pendidikan Islam (Makalah). Padang: PPs. IAIN Imam Bonjol, 2010
___________, Materi Pendidikan Kemasyarakatan Menurut Hadîts (Makalah). Padang: PPs. IAIN Imam Bonjol, 2009
___________, Pengorganisasian Bidang Keilmuan pada Kurikulum Pendidikan Islam dalam Perspektif Pemikiran Ibnu Khaldun (Makalah). PPs. IAIN Imam Bonjol, 2009
__________, Budaya Alam Minangkabau Padang Panjang. Padang Panjang: Pemko Padang Panjang, 2003
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Yuyu Center - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger