Puasa dalam fungsi sosialnya dapat
membuat pelakunya imun terhadap serangan penyakit hati. Di antara penyakit hati
itu ialah penyakit nifaq
(kemunafikan). Cirinya umumnya adalah sikap suka merugikan orang lain seperi
berkhianat, mungkir janji dan dusta. Karena itu kalau mau puasa juga jangan
berprilaku merugikan orang lain. Tidakkah ada hadis nabi saw. riwayat Ibnu
Abbas r.a., “berbuka sajalah kalau juga melakukan lima prilaku yang merugikan
orang yakni (1) al-kazib (dusta), (2) al-ghibah (gosip/ gunjing), (3)
al-namimah (menghasud/ mengadu domba), (4) al-yamin al-kazibah (kesaksian
palsu) dan (5) al-nazrah bi syahwah (penglihatan penuh syahwat).
Apa resep puasa yang mempunyai kekuatan sebagai
penyembuh penyakit hati. Setidak-tidaknya puasa yang memenuhi persyaratan wajib
di antaranya beriman, berakal dan kuat tidak saja secara pisik tetapi juga kuat
terhadap segala hal yang dapat merusak iman dan akal,sehatnya. Agaknya itu di
antara rahasisa Allah swt. yang hanya mengajak orang beriman saja untuk
berpuasa sebagai sebuah proses peningkatan derjat ketaqwaan manusia
beriman (QS. Al-Baqarah 2:183). Nabi saw
pun memberikan jaminan bahwa puasa itu berfungsi tidak saja imun dari penyakit
hati seperti tidak mau merugikan orang lain, bahkan membuat dirinya bersih, asal
komitmen imannya jelas di samping ihtisab (tulis ikhlas/ sabar). Katanya
“siapa yang puasa
dan menegakkan malamnya (tarwih-witir
dan amalan lain)
dengan penuh keimanan dan "ihtisab" (sabar/ ikhlas/ penuh perhitungan), diampunkan dosanya yang
telah lalu, bersih seperti sediakala ia
dilahirkan ibunya”.
Artinya puasa
yang memenuhi persyaratan iman dan ihtisab (tulus ikhlas) akan berfungsi
imunisasi dari terinfeksi penyakit hati. Hatinya bersih. Asal tahu saja --yang
sering nifaq (punya sifat bohong, ingkar janji,
khianat terhadap kepercayaan yang diberikan)-- penyakit hatinya, kalau tidak mendapat penyembuhan
akan kronis, karena Allah akan melakukan zadahu
(menambahnya, QS. Al-Baqarah 2:10). Kalau sudah kronis, penyakit hatinya
semakin kentara menjadi "al-akhlaq
al-madzmumah" (laku jelek). Tidak saja suka membuat gosip/
gunjing/ fitnah, penghasut, dengki/ tak
suka orang sukses, tak mau mebantu orang susah (korban berbagai
bencana), sombong/ ongas raya,
pemarah/ cepat tersinggung dll. Apalagi kalau kepentingannya terganggu
atau kepala ladangnya terpangkas dsb., ia serta merta
suka "lahw al-hadits" (kata/
lagu yang tidak bermakna),
ucapan/ dan kata-katanya kasar serta kehilangan kearifan bahkan menyakitkan.
Contoh kasus
orang yang terserang penyakit hati dalam bentuk laku jelek
itu, ada dialog seseorang sahabat dengan
Nabi saw. (Dalam Kitab
Riyadhat Al-Nafsi, Tahzib Al-Akhlaq
wa Mu'alajat Amradh al-Qalbi/
Melatih Jiwa, Mendidik
Budi Pekerti dan Pengobatan Penyakit Hati, karangan Syeikh
Jamaluddin Al-Qasimi, 1342:4) Sbb.:
-
"Fulanah" (si wanita
itu) ya Rasulullah, ia rajin
"shiyam" (puasa)
siang, rajin "qiyam"
(tarwih, witir dan amal lain) di waktu malam, tapi --lakunya jelek--
tuturnya selalu membuat sakit tetangganya (sebelah rumah atau sebelah kamar
mitra kerja -pen)?.
+ Jawab Rasul,
--kalau demikian lakunya--
tidak ada arti kebaikan
puasa dan ibadah malamnya itu dan ia
pantas menjadi penghuni neraka!.
- Ditanya lagi, mana orang beriman yang terbaik ya
Rasul?
+ Jawab Rasul,
yang kualitas imannya baik
ialah mereka yang budinya baik!.
+ Kata Rasul juga, kamu tidak mungkin bisa memuaskan
orang dengan memberi materi, karena
itu perlihatkanlah wajah
yang manis simpatik kepada orang dan
tingkah laku yang terpuji.
Ternyata, tingkah
laku terpuji yang
dimiliki seseorang menentukan
bahwa dia punya kualitas iman yang baik pula. Kualitas iman yang baik menentukan puasanya diterima atau
tidak. Tingkah laku yang
tidak terpuji, meskipun ia rajin
puasa, berarti ia sudah
terinfeksi penyakit hati
dalam bentuk "al-akhlaq al-khabisah" (laku menjijikan). Obatnya adalah puasa dengan
penuh iman (imanan) dan ikhlas
(ihtisaban), adalah puasa benar-benar karena Allah, terhindar dari laku buruk, tidak
berlebihan makan minum di
waktu malam, tidak penidur di
waktu kenyang. Puasa kualitas itu berarti "menzakat
badan", menyembuhkan penyakit hati dan mencerdaskan pikiran.
Puasa yang benar dengan hati yang bersih. Orang
yang punya nurani bersih beruntung.
Tidakkah Allah swt. (QS. Al-Syamsu 91:9) katakan: "qad
aflaha man zakkaha"
(beruntung orang yang mensucikan) dan rugi yang mengotorinya. Semoga kita
semua orang yang puasa termasuk kualitas
demikianCYulizal Yunus
Posting Komentar