PADANG – Meluruskan beberapa
gugatan terhadap Tuanku Imam Bonjol dan mengenang kembali perjuangan
pahlawan nasional tersebut, para akademisi Fakultas Adab IAIN Imam
Bonjol (IB) Padang gelar seminar nasional. Kegiatan ini sebagai wujud
kepedulian akademisi terhadap tokoh pejuang Minangkabau yang namanya
dipakai sebagai nama lembaga pendidikan di perguruan tinggi Islam
tersebut.
Kegiatan ini juga merupakan rangkaian akhir seminar seiring dies natalis ke-46 IAIN IB, dengan mengangkat tema, “Eksistensi Histori Tuanku Imam Bonjol dan verifikasi Islam di Minangkabau”. Seminar diikuti sekitar 100 peserta, terdiri dari para dosen di lingkungan kampus tersebut, dibuka Pembantu Rektor I Bidang Akademik IAIN IB Dr. H. Syafruddin, Kamis (13/12) di Hotel Hayam Wuruk Padang.
Ketua Pelaksana acara, sekaligus menjabat Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Dr. Yufni Faisal, kepada Singgalang mengatakan, seminar ini sebagai bentuk kepedulian terhadap pejuang yang telah banyak berkontribusi terhadap dunia Islam, khususnya di Minangkabau. “Melalui seminar ini, kita menegaskan kembali eksistensi perjuangan Tuanku Imam Bonjol sebagai gerakan pemurnian ajaran Islam dalam kaitannya dengan adagium Minangkabau, Adat Basandi Sarak Sarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK),” katanya.
Kegiatan ini juga merupakan rangkaian akhir seminar seiring dies natalis ke-46 IAIN IB, dengan mengangkat tema, “Eksistensi Histori Tuanku Imam Bonjol dan verifikasi Islam di Minangkabau”. Seminar diikuti sekitar 100 peserta, terdiri dari para dosen di lingkungan kampus tersebut, dibuka Pembantu Rektor I Bidang Akademik IAIN IB Dr. H. Syafruddin, Kamis (13/12) di Hotel Hayam Wuruk Padang.
Ketua Pelaksana acara, sekaligus menjabat Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Dr. Yufni Faisal, kepada Singgalang mengatakan, seminar ini sebagai bentuk kepedulian terhadap pejuang yang telah banyak berkontribusi terhadap dunia Islam, khususnya di Minangkabau. “Melalui seminar ini, kita menegaskan kembali eksistensi perjuangan Tuanku Imam Bonjol sebagai gerakan pemurnian ajaran Islam dalam kaitannya dengan adagium Minangkabau, Adat Basandi Sarak Sarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK),” katanya.
Kemudian, untuk memperlurus gugatan terhadap Tuanku Imam Bonjol yang sempat berkembang baru-baru ini. “Belakangan ini ada kritikan terhadap gerakan Padri yang diusung Tuangku Imam Bonjol. Bahkan ada yang menggugat ketokohannya, maka pada kesempatan ini kita berupaya meluruskan hal tersebut, melalui pengkajian kembalai, bagaimana perjuangan beliau sesungguhnya,” katanya.
Pihak akademik menghadirkan beberapa pemateri yang menyampaikan tema
sesuai kompetensi masing-masing, diantaranya, pengarang buku Tuanku Imam
Bonjol, yang juga sastrawan, peneliti dan aktivis Taman Budaya Sumbar,
Syafnir Aboe Nain Dt. Kando Marajo, dengan materi, “Aplikasi ABS-SBK di
Minangkabau Kajian Naskah Tuanku Imam Bonjol”.
Kemudian, Dosen FISIP Unand, Prof. Dr. Nursyirwan Effendi, dengan
materi, “Kondisi ABS-SBK dalam Realitas Sosial Proses Tanpa Henti
Grafitasi Islam di Minangkabau”. Lalu, peneliti dan dosen IAIN IB Padang
H. Yulizal Yunus, dengan materi “Perivikasi Islam Tuanku Imam Bonjol
dan Masa Depan ABS-SBK di Minangkabau”. Ada lagi, Dosen Sejarah Fakultas
Adab IAIN, yang juga telah menulis beberapa buku, Irhash A. Shamad,
dengan materi, “Tinjauan Kritis Tinjauan Sejarah Tuanku Imam Bonjol dan
Adagium ABS-SBK”.
Terjadi diskusi menarik antara pemateri dengan para peserta seminar,
bagaimana mempertahankan perjuangan Tuanku Imam Bonjol memerangi
penyimpangan-penyimpangan masyarakat dari ajaran Islam. Sebagai salah
satu perguruan tinggi Islam Sumatra Barat, IAIN IB Padang merasa
bertanggung jawab melanjutkan perjuangan tersebut dengan memberi
semangat pada masyarakat Minangkabau, khususnya kalangan intelektual.
“Upaya tersebut harus kita lakukan terus-menerus tanpa henti sesuai
kapasitas dan kompetensi masing-masing,” ujar Yufni Faisal. (pep)
Posting Komentar