Oleh Yulizal Yunus
Terbit di Singgalang, 2 Agustus 2013
Sesuatu yang benar
meski dari anak kecil
boleh didengar dan jadi pelajaran orang dewasa.
Anak kecil disuruh shiyam (menahan diri). Pernah Nabi Muhammad SAW mengirim utusannya ke kampung Anshar di Medinah.
meski dari anak kecil
boleh didengar dan jadi pelajaran orang dewasa.
Anak kecil disuruh shiyam (menahan diri). Pernah Nabi Muhammad SAW mengirim utusannya ke kampung Anshar di Medinah.
Mereka di Hari Asyura itu ditugasi mengumumkan: Siapa yang puasa di pagi ini maka teruskan puasanya, tapi siapa yang berbuka pagi ini, maka teruskan sisa harinya.
Lalu mereka menyuruh anak-anak kecil shiyam. Mereka ke masjid, membuatkan anak-anak
mainan dari kapas. Dalam bermain jika
ada anak baka (menangis), dikasih (makan), hingga waktu berbuka datang
(dari Sumber Hadis Bukhari Muslim).
Dalam kaitan latihan anak menahan diri, Imam Bukhari menceritakan kekesalan Umar pada suatu kali, ketika ia melihat orang yang mabuk-mabukan di bulan Ramadhan.
“Celaka mereka, kenapa mabuk-mabukan, sementara anak-anak kecil kita pun mampu shiyam (berpuasa, menahan diri).”
Sesungguhnya Ramadhan momentum melatih anak berkarakter mampu menahan diri, dimulai dengan puasa semampunya. Justru Ramadhan itu salah satu namanya adalah syahru l-tarbiyah (bulan pendidikan).
Melatih anak di bulan Ramadhan tidak saja melaksanakan puasa, tetapi banyak event yang dapat dijadikan masa berlatih menahan diri dari cara makan minum anak-anak tanpa mengenal waktu, melatih diri menahan bermain untuk menunaikan shalat lima waktu, dan malamnya untuk tarawih, serta menahan diri untuk tidak meribut dalam masjid.
Anak usia sekolah di waktu malam, diltaih mendengarkan ceramah Ramadhan dengan membuat catatan singkat isi ceramah dilegalisasi penceramahnya malam itu.
Siangnya sambil berpuasa dapat dilatih belajar singkat dalam pesantren kilat Ramadhan tentang agama dan adat serta melatih berkarakter sesuai dengan nilai ajaran agama dan adat yang diperoleh dsb.]
Ternyata dari berberapa daerah mulai dari Padang pendidikan anak usia sekolah pada Pesantren Ramadhan, amat bermanfaat.
Pantas kita berikan cap jempol kepada Walikota Fauzi Bahar berserta
walikota dan bupati lainnya yang sukses. Pendidikan ini berbentuk
pendidikan nonformal pendidikan luar sekolah.
Hanya saja dimungkinkan pelaksanaannya masih perlu peningkatan kualitas
penerapan ajaran secara terpadu antara ranah kognitif (penguasaan
pengetahuan) dengan ranah apektif dan psikomotorik (kearah pembentukan
prilaku anak dan keterampilan anak mengamalkan ajaran agama dan adat).
Praktiknya, ketika anak-anak diajar akhlak suka menolong, lalu menjadi
karakter pribadi suka menolong, temannya yang membutuhkan bantuan.
Pengaruhnya sudah ada pada sebagian anak-anak, berarti mereka sudah
mulai punya kepribadian menahan diri kandungan makna dari shiyam.
Ketika anak dapat memelihara diri, sebenarnya juga pelajaran bagi orang
dewasa yang lemah karakter menahan diri, bahkan pelajaran bagi orang
dewasa yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan.
Sebenarnya tidak ada alas an tidak berpuasa. Anak kecil saja mampu,
kenapa orang dewasa tidak. Yang dewasa dan sehat tapi tidak puasa di
bulan Ramadhan, Umar bin Khathab tadinya menyebut wail (celaka), dan
mungkin asha (durhaka). Karenanya mari kita berpuasa dan menahan diri
dengan baik. (*)
Posting Komentar