Headlines News :
Home » , » Paham Agama dan Menilik Bulan

Paham Agama dan Menilik Bulan

Written By Unknown on Kamis, 31 Oktober 2013 | 07.01

Oleh Yulizal Yunus
 Diterbitkan 1 Agustus 2013 di Singgalang


Hisab seiring rukyat.
Puasa dan berbuka sebab melihat,
Jika rukyat diliputi awan gelap,
Lakukan perkiraan – hisab
 
Penentuan awal puasa Ramadhan dan Idul-Fitri substansinya adalah paham dan akidah. Caranya mungkin rukyat (maniliak bulan) atau hisab. Namun praktiknya masih ada badunie, gengsi kalau tidak ikut rami-rami puasa bukan karena keyakinan.
 
Ragu-ragu pun harus ditinggalkan. Tapi kalau tidak tahu bolehlah memilih cara diajarkan hadis riwayat Muslim: faqdurulah (perkiraan  atau ikut orang banyak).
 
Justru, tegaknya keyakinan/ paham bagian dari ketahanan diri, tidak memaksakan paham kepada orang bagian dari menahan diri yang harus dilatih.
 
Soal rukyat (maniliak bulan) dan hisab sering menjadi ramai. Kadang seperti menggelisahkan. Sumber kegelisahan itu biasanya, pertama salah merespons hasil rukyat pemerintah (ditambah pula rasa curiga memihak pada sebuah paham).
 
Kedua, hasil rukyat itu berbeda dengan hasil hisab yang sudah lama disiarkan. Ketika, media massa berlebihan pula menyiarkan. keeempat, tidak disadari persoalan rukyat dan hisab itu memasuki wilayah khilafiyah (beda pendapat) mengenai paham keagamaan.
 
Perbedaan itu dipicu juga faktor kekurangan pengetahuan tentang kekuatan hisab (menghitung waktu) dan rukyat. Lagi pula hasil hisab sudah disiarkan setiap saat di berbagai media massa.
 
Inti hisab menghitung, justru perjalanan bulan dan matahari dapat dihitung. Hasilnya dapat digunakan membuat kalender, menghitung waktu sepanjang tahun, membuat kalender, dapat digunakan bagi penentuan waktu beribadah, imsyak (waktu menahan) dan berbuka, waktu shalat wajib lima waktu sehari semalam, waktu penentuan shalat dua hari raya dan sebagainya.
 
Sedangkan rukyat adalah melihat wujud hilal Ramadhan di akhir Syaban, hasilnya digunakan hanya untuk sebulan berikutnya. Ditentukan di akhir Syaban hanya untuk puasa, imsyak dan berbuka Ramadhan saja.
 
Rukyat dan beda awal puasa tidak perlu digelisahkan. Sejak dahulu kita berbeda juga, tapi tenang saja, karena tidak disiarkan media massa secara luas.
 
Perbedaan itu sejak dulu ada empat. Pertama, paham naqsyabandi melaksanakan puasa yakin lebih awal dimungkinkan Rabu 18 Juli 2012.
 
Kedua, Satariyah melaksanakan puasa yakin lebih kemudian (justru tahun ini maniliak bulan 20 Juli di komplek Syeikh Burhanuddin Ulakan).
 
Ketiga, NU mengandalkan rukyat di awal/ akhir Ramadhan, keempat, Muhammadiyah mengandalkan hisab yang menetapkan waktu beribadah sepanjang tahun termasuk berpuasa dan lebaran.
Jadi kalau ada pertanyaan begini: kenapa kita tidak sama saja puasa dan shalat Idul Fitri. Pertanyaan itu juga tidak benar.
 
Sebab penentuan awal berpuasa dan Idul Fitri menyangkut paham keagamaan. Paham tidak dapat dirubah dengan kekuatan apa pun, termasuk kekuatan pemerintah.
 
Mungkin itu penyebabnya, pendahulu negara ini tidak mau mencampuri urusan paham/ akidah sebuah agama. Artinya Negara memberi kebebasan bagi pemeluknya untuk beribadah sesuai dengan akidahnya.
 
Prinsip ini dituangkan dalam UUD 1945. Sebenarnya siapa dan unsur manapun yang mengusik sisi paham ini dan memaksa termasuk pemerintah adalah melanggar UUD 1945. Untuk itu tidak perlu gelisah, dengan rukyat.
 
Tidak gerlisah itu juga telah berarti menahan diri yang perlu dilatih dan melatih diri agar punya daya tahan menghadapi Ramadhan. (*)
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Yuyu Center - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger