Headlines News :
Home » , » Menahan Diri Badunie

Menahan Diri Badunie

Written By Unknown on Kamis, 31 Oktober 2013 | 07.04

Oleh Yulizal Yunus
Diterbitkan 31 Juli 2012 di Singgalang

Dunia mesti
tapi tak harus badunie
yang melumpuhkan ketahanan diri
yang melupakan ukhrawi.  

Memasuki Ramadhan dan mengakhirinya saat menjelang Lebaran diperlukan upaya pemanasan dan penguatan ketahanan diri. Ibarat berolahraga diperlukan pemanasan dan diakhiri dengan penguatan dengan penyegaran mengatur pernapasan. Pemanasan dan penguatan ketahan diri di awal dan di akhir 
Ramadhan, bentuknya penguatan kualitas “menahan diri” dari dominasi godaan karakter badunie.
Badunie itu misalnya dalam mengawali Ramadhan, gengsi kalau tidak punya persiapan lebih memasuki Ramadhan atau merasa malu kalau tidak mengikuti sesuatu kebiasaan, meski secara substansi tanpa disadari ada yang melanggar norm syara’ (Islam) dan adat. Misalnya ada pelanggaran norma dalam tradisi maanta limau dan tradisi berlimau. Juga saat mengakhir Ramadhan, ada tradisi persiapan berbuka yang berlebihan. Kemudian menyambut hari raya dengan jebakan rayuan serba baru.
Balimau mengawali Ramadhan misalnya, bagian yang semarak dan dimanfaatkan dunia wisata, yakni meramikan DTW (Daerah Tujuan Wisata) dan menjadi objek wisata budaya yang awalnya bernuansa agama. Namun dalam pelaksanaannya terdapat prilaku yang melanggar nilai agama dan adat sendiri.  

Titik pelanggaran itu berada pada suasana takatsur (bermegah-megah) dan tafakhur (berbangga-bangga). Kesannya tidak mampu menahan diri bahkan ketahanan dirinya lumpuh. Ada tradisi balimau di daerah setempat yang daerahnya sudah menjadi DTW. Ada tradisi ke tempat-tempat sumber air (sungai, mata air, pincuran, lubuk dan lainnya).
Kebiasaan di satu daerah tadi seperti maanta limau dan balimau terkesan melanggar nilai saat terjadi pertarungan besarnya dulang limau yang diantarkan. Pertarungan itu menimbulkan gengsi, ada rasa takut menjadi gunjingan kalau limaunya tidak besar dulang bawaannya. Akibatnya memaksakan diri mengadakannya.
Lain pula halnya berlimau berkunjung ke sumber air. Berjalan ke sana dengan hati ria, berpacu dalam kerumunan massa, anak muda ugal-ugalan dan kebut-kebutan, tidak jarang menimbulkan korban di jalan raya. Lalu di lokasi di alam terbuka mandi campur laki dan perempuan yang bukan muhrim. Bahkan sengaja pacaran mandi bersama seperti pasangan suami istri, padahal belum menikah. Ada akibatnya, terperosok ke kancah skandal bahkan memicu kekerasan dan pemerkosaan.
Fenomena tadi tidak baik. Simpul kecil, tak mampu menahan diri yang seharusnya sudah dimulai dari awal Ramadhan. Karakter menahan diri harus dipertahankan dan diperkuat, sehingga terbentuk “ketahanan diri” yang kuat menghadapi Ramadhan sejak awal sampai akhir.
Ketahanan diri yang kuat dapat memperteguh daya tahan (shiyam  menahan diri) terhadap rayuan semua yang disukai dan badunie. (*)
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Yuyu Center - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger