Oleh Yulizal Yunus
Dosen Sastra Arab IAIN IB, Tim Perumusan RIP Pariwisata Sumbar
Padang Ekspres • Jumat, 23/08/2013
Menarik
merespons kunjungan ilmiah ratusan pakar Arab, minggu terakhir Agustus
2013 ini, dimanfaatkan untuk promosi pariwisata Sumbar berbasis
ABS-SBK (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah).
Justru ini momentum tepat karena jarang sekali atau tak banyak
wisatawan Arab datang ke Sumbar.
Kunjungan pakar Arab tahun ini
ke Sumbar lebih separuh dari 300 orang, datang dari 18 negari di Timur
Tengah termasuk dari Eropa dan negara-negara ASEAN, adalah dalam rangka
kunjungan dan temu ilmiah bertajuk “International Conference” di Padang
27-31 Agustus 2013. Mereka adalah para guru (dosen/profesor) bahasa dan
sastra Arab se-dunia, tergabung dalam IMLA (Ittihad al-Mudarrisiy al-Lughat al-Arabiyah /Persatuan Guru Bahasa Arab).
Sebenarnya, guru-guru bahasa
dan sastra Arab yang tergabung dalam IMLA itu, sudah mempunyai agenda
tahunan PINBA (Pertemuan Ilmiah Internasional Bahasa Arab). Tahun
2013 adalah PINBA ke-8, penyelenggaraannya dipercayakan kepada IAIN
Imam Bonjol sebagai tuan rumah.
Prof Dr Masnal Zajuli, ketua
umum panitia International Conference, menyebutkan, dari 300 peserta
direncanakan, dari luar negeri terutama Timur Tengah, ASEAN dan Eropa
sudah mendaftar lebih dari separuh dari 18 negara. Di antaranya Irak,
Arab Saudi, Mesir, Yordania, Palestina, Yaman, Jerman, Nigeria,
Malaysia, Filipina, Brunei dan lainnya.
Para peserta “International
Conference” ini sudah sampai di Padang, 27 Agustus. Saat itu momentum
dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan Sumbar dalam acara malam taaruf, welcome dinner dan pembukaan International Conference
sekaligus pelantikan pengurus IMLA Cabang Sumbar oleh IMLA pusat,
sengaja diadakan di aula Gubernuran Sumbar, Jalan Jenderal Sudirman
Padang. Sebelum International Conference dibuka Menteri Agama dan keynote speakers Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno punya
kesempatan memaparkan dan memperkenalkan potensi Sumbar, termasuk
potensi wisata.
Padang pun mendapat
kesempatan besoknya, 28 Agustus, di Palanta Rumah Dinas Wali Kota
Padang, untuk memperkenalkan potensi Padang termasuk potensi
pariwisata dan kawasan spesifik, seperti city tour kawasan
Pantai Padang, kuliner keripik balado Mahkota, jembatan Siti Nurbaya,
kota tua, Teluk Bayur, Unand, Bypass, PT Semen Padang dan lainnya.
Tak cukup di Padang,
Bukittinggi pun mendapat kunjungan para wisatawan ilmu dari 18 negara,
terutama Timur Tengah dan Eropa serta ASEAN ini, dengan objek daerah
tujuan wisata (DTW) spesifik sebagai wisata ilmu, budaya dan alam.
Dibidik kawasan MTI Candung sebagai pusat wisata ilmu, serta city tour lainnya di Bukittinggi seperti kawasan wisata alam Ngarai Sianok, Lobang Jepang, Jam Gadang, dan wisata budaya, shooping,
sampai kembali ke Padang lewat Danau Maninjau menuruni Kelok 44 sering
disebut pengunjung Arab sebagai kawasan unik. Sumbar mempunyai
potensi wisata luar biasa baik budaya lokal dan adat masyarakatnya
berfilosofi ABS-SBK, maupun wisata ilmu, sejarah, dan alam. Namun
kendalanya, masih saja ada persepsi ketika menyebut wisata, terkesan
maksiat. Sepertinya parawisata belum dipahami secara luas seluruh
unsur masyarakat. Padahal dalam Islam, perjalanan wisata itu disuruh
dan dianjurkan karena punya benefit (manfaat) besar.
Dalam hadis-hadis Nabi Muhammad
SAW banyak disebut manfaat perjalanan wisata, di antaranya ada lima
manfaat perjalanan wisata itu: (1) tafarruj al-hammi (refreshing), (2) iktisab ma’isyah (bisnis), (3) al-’ulum (kepentingan ilmu), (4) al-adab (kebudayaan/peradaban), dan (5) shuhbat al-majid (mendapatkan teman yang baik/mitra seimbang). Karenanya, perjalanan wisata dianjurkan (safiruu–kamu lakukanlah perjalanan wisata), dan dinyatakan sebagai sehat (safiru tashihhu/berjalanlah–berwisata agar sehat).
Islam juga menganjurkan DTW-nya sehat dan berkunjung (tamu) dipandang sebagai orang bertuhan, suka berbuat baik (muhsin) dipandu dalam tata krama nilai Islami damai seperti tergambar dalam QS Al-Baqarah 2:58), yakni (1) masuk secara prosedural (al-baaba) tidak boleh lewat preman dan lewat pintu belakang, (2) pengunjung mematuhi tata krama yang ada (sujjada), dan tak melanggar sopan santun, (3) pengunjung mencicipi kuliner (ma’kulat)
setempat yang disukainya dan tak boleh meminta minuman dan makanan
macam-macam tak lazim di daerah itu, dan (4) berbudi baik dan babaso indah (khiththah)
dengan mendoakan orang-orang di DTW itu terbebas dari segala bentuk
kesalahan. Sesungguhnya, nilai islami ini diamalkan dalam adat Minang
seperti dinyatakan dalam komitmen Syara’ Mangato–Adat Mamakai.
Kespesifikan Sumbar ini
sebenarnya menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung, apalagi dari
Timur Tengah. Momen langka ini semestinya tak dibiarkan lewat begitu
saja. Tetapi, sedianya dimanfaatkan dan diisi dengan informasi potensi
daerah, mempromosikan dan memperlihatkan segala aspek wisata Sumbar
kepada parta tamu. Biar nanti sekembalinya para tetamu ini ke negara
masing-masing, mereka dapat menyampaikan informasi kepada Kedubes dan
warganya, bahwa Sumbar merupakan DTW terbaik bagi Timur Tengah dan
patut dikunjungi. (*)
Posting Komentar