Headlines News :
Home » » Kunjungan “Padi Tanam Sabatang” Gubernur Dan Penyehatan Iklim Budaya Pesisir Selatan

Kunjungan “Padi Tanam Sabatang” Gubernur Dan Penyehatan Iklim Budaya Pesisir Selatan

Written By Unknown on Selasa, 22 Oktober 2013 | 22.54

Oleh: Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo
(Dimuat Harian Haluan Senin, 09 April 2012)

Besar maknanya kunjungan Gubernur Sumatera Barat ke nagari-nagari. Bagi Gubernur dapat berdialog langsung dengan masyarakat dan meraih dukungan petani untuk meningkatkan kesejahteraan. Demikian bagi masyarakat tani secara psikologis dapat menjadi motivasi dalam penyehatan iklim budaya dan sikap mental kondusif dan dapat menjadi energi dalam peningkatan etos kerja serta peningkatan produksi pertanian di nagari-nagari. Kondisi ini memberi peluang besar suksesnya program Gubernur/ Pemrov Sumbar, “padi tanam sabatang” varietas unggul spesifik Sumatera Barat (padi jujung, kuriak kusuik, cerdek, anak daro, gh pasaman) serta spesifik nasional (tukad unda, silugonggo, inpari 12, logawa, ir66) yang dicanangkan di Sumatera Barat.

Kesan ini terekam pada pasca kunjungan Gubernur Prof. Dr. Irwan Parayitno dengan program “padi tanam sabatang” varietas unggul, ke Nagari Taluk Tigo Sakato, Kecamatan Batangkapas, Kabupaten Pesisir Selatan, 2 April 2012. Kunjungan Gubernur itu didampingi Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit, camat dan wali nagari serta sejumlah SKPD Provinsi dan Kabupaten seperti Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sumbar Joni serta Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Peternakan (Dispertaholbunnak) Afrizon Nazar. Gubernur dan rombongan disambut sepanduk besar “pemimpin mananam, petani memanen” oleh masyarakat di garda terdepan para petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) ‘Tigo Sakato Kenagarian’ Taluk Tigo Sakato. Justru Gubernur di nagari pemekaran Taluk Tigo Sakato ini berkenan secara simbolis menanam “sabatang padi varietas unggul” spesifik daerah Sumatera Barat di lahan pertanian sawah “siap tanam” milik masyarakat Taluk Tigo Sakato.
 
Dampak kunjungan Gubernur dalam program “padi tanam sabatang”
 
Kunjungan Gubernur itu sekarang menjadi perbincangan dan menghidupkan semangat petani, tidak saja di Taluk Tigo Sakato, bahkan teramati di beberapa nagari-nagari di Pesisir Selatan. Berarti iklim budaya system pertanian petani mulai kondusif untuk mendukung kerja keras dalam meningkatkan produksi gabah dan kesejahteraan umumnya. Kondisi seperti ini, mendukung tekad Pemda Pesisir Selatan kedepan optimis mencapai surplus beras, meskipun tahun 2011 yl, merosot karena ancaman musibah banjir. Dari luas areal panen produksi 15,3 ribu hektar periode tahun 2011, ada sekitar 350 hektar lahan sawah petani menjadi puso (gagal panen) dan 938,2 hektar lainnya hanya terkena banjir dan dalam kondisi rusak akibat banjir itu. Rasa optimis Pemda Pessel itu dudukung fakta, data dan pengalaman Pemda tahun-tahun sebelumnya: yakni, 2007 produksi padi mencapai 214.885 ton, meningkat dibanding 2006 yang total produksinya 199.809 ton, tahun 2008 produksi padi 231.647 ton atau meningkat sebesar 6,8 persen dari 2007, tahun 2009 total produksi 243.693 ton, naik sebesar 5,2 persen dari 2008, dan tahun 2010 produksi terus naik menjadi 254.693 ton.
 
Dari catatan penulis sejak menulis buku “Satu Dasawarsa Pesisir Selatan di Bawah Kepemimpinan Bupati Darizal Basir – Nasrul Abit, 1995-2005”, pertanian masih saja termasuk besar di antara sembilan struktur pembangunan di Pesisir Selatan. Pertanian berada pada pilar ekonomi, lingkupnya tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan dan perikanan. Sembilan struktur pembangunan di Pesisir Selatan itu adalah pertanian, pertambangan dan galian, industri dan pengolahan, listrik- gas dan air bersih, bangunan dan kanstruksi, perdagangan – hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan – persewaan dan perusahaan, serta jasa.
 
Beberapa tahun terakhir seperti terlihat dari perspektif produksi pertanian Pessel tadi, menunjukkan perkembangan signifikan. Sejak beberapa lama di samping varietas dan teknologi pertanian, juga Pemda mencanangkan pembukaan lahan baru persawahan rakyat, pemanfaatan lahan tidur, pencarian jenis tanaman yang cocok dengan varietas unggul dan pemberdayaan dalam bentuk penyediaan dana modal pendamping pertanian. Bantuan Gubernur dalam kunjungan 2 April yl itu, melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), masing-masing sekitar Rp64 juta serta pupuk untuk 12 kelompok tani pada Gapoktan Tigo Sakato di kenagarian Taluk Tigo Sakato Selain benih padi akan mempunyai makna motivasi dan energi memacu kerja keras dan produksi serta bangkit dari musibah banjir tahun lalu. Apalgi Gubernur menyebut dalam program “padi tanam sabatang”, petani berkewajiban mengelola dan menerima hak hasil panen, sedang modal ditanggung pemerintah Provinsi dengan membantu bibit varietas unggul dan pupuk.
 
Semangat yang terbarukan oleh Gubernur ini akan berakumulasi dengan kerja Pemkab sebelumnya, dalam kegiatan pembukaan sawah baru, selanjut akan mempertegas amanat pembangunan, mencitakan kondisi penyehatan iklim budaya (prilaku dan sikap mental) masyarakat yang kondusif. Setidaknya program kunjungan Gubernur dan program Pemkab Pessel itu akan menyadarkan masyarakat tani, bahwa mereka semakin berkembang, sudah seharusnya (bersikap) memproduktifkan lahan tidur, mencari dan membuka lahan baru, tidak seharusnya berprilaku mentelantarkan lahan yang ada, tetapi justru memproduktifkannya bagi kesejahteraan masyarakat sendiri.
 
Iklim budaya tunjang sukses pertanian
 
Iklim budaya yang sehat amat menentukan suksesnya pembangunan pada semua struktur pembangunan termasuk pertanian. Iklim budaya dimaksud misalnya dalam sistim pertanian, adalah prilaku dan sikap mental petani dalam bertani. Di antara budaya masyarakat tani dan menjebak mereka dalam kemiskinan di antaranya, (1) jangankan berfikir menambah pembukaan lahan baru, lahan yang ada saja sering ditelantarkan, tidur dan tidak produktif, (2) petani sawah punya pardigma yang memandang hanya padi yang bisa menghidupkan, kalau beralih ke yang lain, mati, pada hal menanam semangka misalnya pasca panen padi, hasilnya juga besar dan bisa beli beras, setelah itu ditanam jagung, kemudian kacang panjang pasca panen jagung sekaligus memudahkan teknologi “junjungan kacang panjang” dengan batang jagung yang sudah siap dipenen dst., (3) pasca panen padi sawah, cuti panjang bahkan berhenti berusaha tani, lebih banyak duduk di lapau sampai padi habis, tidak pikir besok dan sangat hedonistik, pokoknya ”tali tali/ ijuk ijuk/ kini kini/ esok esok”. Habis padi mencari lagi, masih untung kalau kondisi alam menguntungkan, karena masih dominant tergantuang cuaca/ kondisi alam, kalau tidak menguntungkan cuaca bisa terjebak masa pecaklik dan kelaparan, (4) kelaparan di kampung, ancang-ancang merantau seperti burung mencari di mana kayu berbuah, sampai ke Malaysia (pergi illegal pula), masih untung kalau nasib masih berpihak, kalau tidak, masuk dengan baik, kalau nasib malang diuber, disebut “pendatang haram”, malang sekali, dsb.
 
Pernah Bupati Nasrul Abit, menyampaikan tekadnya meningkatkan pembangunan pertanian masih menjadi prioritas. Upayanya yang mengesankan mengajak masyarakat meningkatkan pemanfaatan dan produktifitas lahan tidur di samping penggunaan bibit varietas unggul dalam kerangka program pengentasan kemiskinan, sehingga lahan terlantar semakin berkurang dan kemiskinan pun secara bertahap dapat dientaskan. Lahan tidur basah dan kering di Pessel ada sekitar 20.844 Ha tersebar pada 12 kecamatan di Pessel, di Kecamatan Linggo saja ada sekitar 1.500 Ha, pernah diungkap Arpen Abbas ketika itu Kasub Dinas Diperta (Padek 28-01-2008). Pernah pula Afrizon Nazar Kepala Diperta Pessel (Padek 28-01-2008) memperkirakan sedikitnya ada 1000 lahan terlantar tersebar di Linggo Sari Baganti, Lusi, Ranah Pesisir, Pancung Soal, Basa IV Balai, Sutra (Surantih, Teratak dan Amping Parak) dan Batangkapas.

Produktifkan lahan tidur dan varietas unggul yang cocok
 
Pemkab Pesisir Selatan ingin daerahnya surplus beras 5 – 6 persen. Pessel justru pernah menjadi “lumbung beras organic” di Sumatera Barat. Langkah ke arah itu di samping penggunaan varietas unggul, Pemkab masih meneruskan program cetak sawah baru seperti yang diekspose Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura Perkebunan dan Peternakan, Pesisir Selatan, Afrizon Nazar. Yang paling penting pula adalah memproduktifkan lahan tidur. Pemkab Pessel sejak awal upaya Pemkab berupaya:
 
1. Mencarikan petani berbagai jenis tanaman yang cocok varietas unggul local dan nasional untuk dikembangkan baik tanaman pangan (teruma padi) maupun holtikultura.
 
2. Membuka lahan baru untuk peningkatan produksi pangan. Tahun 2007 dibuka sawah baru 121 Ha yakni di Sei Kuyuan – Pancuang Soal 85 Ha dan di Ampang Tulak – Basa Ampek Balai 36 Ha. Tahun 2008 akan buka sawah baru 215 Ha. Tahun 2012 ini, Kabupaten Pesisir Selatan, ekspose Wakil Bupati Editiawarman mendapat jatah cetak sawah baru seluas 1000 Ha. Program ini dibiayai anggaran APBN melalui Kementerian Pertanian RI. Quota luas lahan cetak sawah baru itu dikukuhkan dengan Momerandum of Understanding (MoU) antara Pemkab Pesisir Selatan dengan pihak kementerian Pertanian di Jakarta (Padangmedia.com, 13/12/2011). Dengan penambahan seluas 1.000 hektar ini, sehingga dibanding tahun 2011 mengalami peningkatan seluas 300 hektar, sebab tahun ini cetak sawah baru sudah dilakukan seluas 700 hektar. Diharpakan hingga tahun 2014 nanti luas lahan pertanian diharapkan di Pessel mencapai 35 ribu hektar.
 
3. Menyediakan modal pendamping, dahulu berupa kredit lunak KPER bagi petani yang tergabung dalam koperasi. Sekarang diperkuat pula dengan program “padi tanam sabatang” yang dicanangkan Gubernur Sumbar.
 
4. Memberdayakan masyarakat tani dalam bentuk penyadaran dengan kegiatan penyuluhan bahkan juga dalam bentuk pembekalan dengan kegiatan pelatihan, yang kinerjanya diharapkan SDM petani dapat menguasai teknologi pertanian modern, dll.

Upaya pertama tadi pencarian jenis tanaman yang cocok bagi petani dengan varietas unggul baik padi maupun tanaman pertanian lainnya, sebenarnya akan mempunyai impact (pengaruh tidak langsung) mengukuhkan iklim budaya (prilaku) masyarakat tani dalam bertani. Di samping penguatan pertanian sawah, juga ingin merubah paradigma petani yang memandang, hanya padi satu-satunya yang bisa menghidupkan, untuk dapat pula beralih ke jenis tanaman lain yang juga menguntungkan bahkan kadang melebihan hasil padi.
 
Upaya kedua tadi, secara tidak langsung merubah prilaku masyarakat sadar, anggota keluarga tetap bertambah, sawah perlu ditambah di samping tidak boleh beprilaku mentelantarkan lahan yang ada sehingga tidak produktif serta berdampak ancaman kemiskinan keluarga pemilik lahan terlantar itu.
 
Upaya ketiga tadi menyentuh prubahan prilaku, yang selama ini terjebak dalam lagu, ya dana ya dana, tak ada modal dengan apa harus bekerja tani?. Sekarang disediakan modal, mampu apa tidak memacu produksi dan jujur apa tidak mengembalikan kredit sebagai modal usaha tani itu?. Keempat menyentuh prilaku, masyarakat tani segera setiap saat menyadari kekuatan potensi dirinya didukung teknologi pertanian dalam memacu ekonominya sebagai masyarakat tani.

Selain padi ke lada sejarah lama Pessel
 
Tak kalah pentingnya ditawarkan konsep, kembali memanfaatkan jenis tanaman unggul yang cocok, rubah paradigma lama hanya padi (sawah – ladang). Seperti juga menemukan jenis tanaman holtikultura dan tanaman lain untuk ladang/ kebun rakyat.
 
Dalam sejarah kebesaran ekonomi Pesisir Selatan masa Banda X sejak abad-16, adalah lada di samping emas. Indrapuran serta 10 bandar (kota pantai/ kota dagang) Banda-X (Pessel sekarang) dikenal dengan pelabuhan lada.Pulau Cingkuk dikenal pelabuhan emas. Pelabuhan lada dan emas ini memancing manca Negara seperti Belanda, Inggiris dan sebelumnya Cina berambisi (dari imperialisme ke kolonialisme) menguasai pelabuhan pantai Barat Sumatera di sentra selatan (Pesisir Selatan sekarang).
 
Instruksi sejarah ini dapat merubah paradima hanya padi itu, melirik jenis tanaman yang cocok lainnya bagi petani sawah dan lading. Perubahan ini dapat dilakukan dengan alternative menciptakan skema langkah yang praktis dengan flowchart yang pasti, kampanye pertanian dilakukan dengan operasi door to door, dengan mengoperasionalkan staft Pemda/ Pertanian, penyuluh pertanian dan kelembagaannya yang ada plus ninik mamak penghulu suku, ajak rakyat/ kapanakan ninik mamak rubah paradigma hanya padi tapi juga tanaman pangan lain yang hasilnya juga besar. Yang telah berubah dari paradigma hanya padi contohnya di Lusi dan mungkin juga di Bayang. Operasi door to door itu, secara matematis dibagi rumah tangga, seluruh rumah tangga itu apakah dapat dijangkau dalam masa waktu lima tahun misalnya? Semua RTM terhubungi dan temotivasi untuk beralih dari paradigma hanya padi di samping memperbaiki iklim budaya (prilaku) RTM masyarakat tani itu secara luas dalam sistim pertanian.
 
Upaya yang memasyarakat dengan pendekatan-pendekatan kelompok tani bahkan keluarga petani, dimungkinkan akan memacu kemajuan pembangunan pertanian. Kunjungan Gubernur Sumbar 2 April 2012 dalam program “padi tanam sabatang” dengan varietas unggul tadi, justru tidak saja terdekati kelompok tani, bahkan masing-masing induvidu petani termotivasi untuk bekerja keras dan meningkatkan produksi tani dalam menjamin kesejahteraan mereka sendiri.***
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Yuyu Center - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger