Headlines News :
Home » , » Pembangunan Sumbar Tertinggal

Pembangunan Sumbar Tertinggal

Written By Unknown on Jumat, 13 Desember 2013 | 09.01

 Padang Ekspres • Jumat, 24/05/2013 11:29 WIB • Redaksi • 348 klik
Padang, PadekProgress pembangunan ekonomi Sumbar mengalami kemunduran pasca era Reformasi. Sebelum Re­for­masi Sumbar berada di posisi ke-3, namun peringkat Sumbar anj­lok ke posisi enam usai Re­for­masi. Posisi Sumbar disalip Provinsi Aceh, Lampung dan Sumatera Selatan. Kecilnya alokasi dana dikucurkan pusat ke Sumbar menjadi salah satu penyebab melorotnya Sumbar. 

Demikian diungkapkan Di­rektur Eksekutif President Institute Muhammad Rahmad di redaksi Padang Ekspres, ke­marin (23/5). ”Sebelum re­for­masi, pembangunan ekonomi di Sumbar sangat pesat. Kita be­rada pada peringkat ketiga se­telah Sumut dan Riau. Se­karang kita justru berada pada peri­ngkat keenam,” ujar calon ang­gota DPD RI tersebut.

Dia menyebutkan, pasca­oto­nomi daerah jumlah desa di Sumbar menjadi relatif  sedikit. Totalnya, sebanyak 1.033 desa/nagari. Sedangkan Aceh 6.491 nagari/desa, Sumut 5.876 desa/ nagari, dan Sumsel 3.205 desa/na­gari. Setiap nagari men­da­pat­kan bantuan keuangan dari pemerintah pusat.

”Dengan pola bantuan se­perti itu, jelas sangat me­rugikan bagi. Apalagi Sumbar me­ru­pakan provinsi ke-4 memiliki jumlah penduduk terbanyak setelah Sumut, Lampung dan Sumsel. Tingkat pengangguran Sumbar sebesar 6,5 persen, dan berada posisi ketiga tertinggi di Pulau Sumatera,” ujar mantan Staf Khusus Presiden ini.

Begitu juga upah minimum pro­vinsi (UMP) Sumbar. Menurutnya, jauh lebih kecil dibanding Aceh, Sumut dan Riau. Bahkan, jumlah sekolah di Sumbar juga kalah diban­ding­kan daerah lainnya. Sumbar hanya menduduki  peringkat ke-5 di Sumatera. ”Ini kan sangat kita sayangkan. Begitu ban­yak­nya, Sumbar tertinggal dalam berbagai hal,” ucapnya.

Sarana kesehatan di Aceh dan Sumut, menurutnya, juga jauh lebih banyak dibanding Sumbar. Di mana, rumah sakit di Sumbar hanya berjumlah 45, puskesmas 250, dan  puskesmas pembantu 623. Kondisi ini kot­ras dengan Aceh memiliki 53 ru­mah sakit, 322 puskesmas dan 863 puskesmas pembantu. Se­da­ngkan Sumut memiliki 171 rumah sakit, 535 puskesmas, dan 1.751 puskesmas pembantu.

Selain itu, dari segi in­fras­truk­tur jalan Sumbar juga jauh tertinggal dibanding daerah lain. Sumbar hanya memiliki 1.213 km jalan negara dan 1.154 km jalan provinsi. Sedangkan Su­mut memiliki 2.250 km jalan negara dan 2.752  km jalan pro­vinsi. Sementara Provinsi Aceh memiliki 1.803 km jalan negara dan 1.702 km jalan pro­vinsi.

”Malah, saat ini kita hanya diberikan anggaran perawatan saja. Jadi, mana ada pe­ngem­bangan jalan baru di Sumbar. Atas dasar diskriminasi itulah, saya merasa terpanggil berjuang demi masyarakat Sumbar men­calonkan diri sebagai ang­gota DPD RI dari Sumbar,” ujarnya.

Mantan Staf Kedutaan Besar RI di Singapura tersebut merasa tergelitik atas diskriminasi pusat  terhadap masyarakat Sumbar. Sebagai putra daerah, ia merasa terpanggil memperjuangkan agar masyarakat Sumbar men­dapatkan hak sama dengan daerah lain. Dengan menjadi anggota DPD RI, dia merasa memiliki peluang berbuat lebih banyak untuk daerah.

”Inilah esensi DPD. DPD harus berani mempersoalkan kesenjangan pembangunan ini. Saya rasa keliru jika DPD harus berebut dengan DPR RI soal  pembahasan anggaran. Legiti­masi DPD jauh lebih tinggi dibanding DPR RI, karena me­reka dipilih langsung oleh mas­yarakat, dan jumlah mas­yarakat memilihnya pun jauh lebih banyak dari anggota DPR RI,” ujar Doktor Ilmu Komunikasi Politik Universitas Sahid  Ja­karta.

Komisaris PT Bumi Cham­pago tersebut mengatakan, tu­gas DPD adalah menjaringan aspirasi masyarakat untuk di­bawa ke tingkat pusat. Dia ber­pendapat, DPD tak perlu harus ada kantor di daerah. ”Fungsi DPD mengkoordinasikan  program-program pusat dilak­sa­na­kan di daerah. DPD harus men­jadi mata-mata bagi daerah. Tentunya, tujuannya untuk hal positif,” ujar Magister Mana­jemen Universitas  Krisna­dwi­payana Jakarta ini.

Bersinerginya DPD dengan DPR RI asal Sumbar, dia yakin menjadi sumber kekuatan men­dorong pembangunan eko­nomi di Sumbar. ”Ini tidak akan terjadi jika seluruh pihak tidak saling bahu-membahu, ”  ujarnya.

Dosen IAIN IB  Prof Yulizal Yunus hadir pada kesempatan itu mengatakan, sudah saatnya ada perubahan cara pikir dari tokoh-tokoh Sumbar di kancah nasional.

”Jangan berpikir apa­bila kita melakukan sesua­tu, hasilnya akan bisa kita dapatkan hari ini. Pikirkan untuk ke de­pan. Se­luruh tokoh Sumbar harus sa­ma-sama berjuang un­tuk itu,” ucapnya.

Kedatangan rombongan calon DPD RI Muhammad Rahmad ke redaksi Padang Ekspres disambut Pimpinan Redaksi Padang Ekspres Mon­tosori, Wakil Pimpinan Redaksi Bidang Liputan Heri Sugiarto dan Koordinator Li­putan Sanny Ardy. (ayu)
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Yuyu Center - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger