Headlines News :
Home » » Kegelisahan Masyarakat Irak: Potret Puisi Perang

Kegelisahan Masyarakat Irak: Potret Puisi Perang

Written By Unknown on Jumat, 25 Oktober 2013 | 17.13

Oleh Yulizal Yunus

Kalau sastra itu mir’at shafiyah lil-hayah (cermin murni kehidupan), maka Puisi Irak kontemporer tak mustahil dapat merekam kehidupan masyarakat di negara arab yang sedang mengalami disorder pasca agresi AS dan runtuhnya kepemimpinan Sadam Husein itu. Artinya yang runtuh itu kekuasaan Sadam tetapi sastra (cerkan dan puisi) tidak pernah mati meski dihantam harb (perang) dengan ribuan ton bom negara paman sam, sang paman yang tidak ramah itu.
 
Rekaman sastra misalnya khusus puisi , sudah dapat dipastikan memberikan potret lain tentang kehidupan masyarakat. Potretnya pasti beda dengan rekaman reportase wartawan meskipun dari al-jazeerah yang katanya corong arab, apalagi dari cnn media propoganda AS. Kalau rekaman wartawan dalam laporan idza`at mar’iyah-(siaran pandangan mata)-nya bisa memperlihatkan potret penderitaan masyarakat kehilangan kaki dan tangan, tangga parakek telingo (telinga copot), hilang biji mata, deraian air mata ibu kehilangan anak, derita janda kehilangan suami, jeritan anak kehilangan ibu dan ayah sakit dan kelaparan dll. akibat kebrutalan perang seperti akibat agresi AS ke Irak, maka puisi oleh penyairnya dapat merekam hal yang lebih dahsat dalam bentuk denyut perasaan sedih dan kegelisahan masyarakat Irak yang negerinya luluh lantak seperti diderita kota 1001 malamnya Bagdad dan jeritan nurani yang harus mengungsi meninggalkan kota menghindari kekejaman perang. Rekam kesedihan meratapi nasib dalam puing-puing korban perang di Irak seperti juga di Palestina dan di mana saja di dunia, dulu dan sekarang adalah sama. Lihatlah bait-bait Jabra Ibrahim Jabra berikut:
…..
Ingatlah kami
Yang terkapar di bawah puing kota, terkubur dalam pasir
dan lautan;
Ingatlah kami
Lihatlah betapa kini di debu pelan-pelan
Tak ‘kan pernah pupus walaupun sampai akhir kembara
hanyut tertahan.
Lihatlah betapa mereka layuan kembang di perbukitan
Mereka hancur dan gubuk-gubuk kami
Mereka merobek belulang kami terkapar berserakan,
Lalu membiarkan kami lebur dibakar matahari,
…..

Untuk kasus Irak, sekejam-kejam Sadam (katakan sementara ia kejam), tetapi lebih kejam tindakan main keroyok AS dan sekutunya di bawah pimpin Bush (senior dan yunior). Alasannya menghalalkan agresinya ke Irak bukan Sadam dan kekejaman di negerinya atau senjata pemusnah massal yang dimiliki, tetapi just duit meminjam ungkapan Elba Damhuri, penulis buku Di Balik Invasi AS ke Irak (2003:3). Elbi melihat kilas balik perang mulai dari “Yunani sampai invasi AS ke Irak terakhir ternyata karena money, money… dan money”. “Bush (senior dan yunior) menginginkan perang di Irak seperti Crassus merebut Roma, Hitler di Jerman dan bangsa eropa lama, adalah karena uang”. Irak itu sumber duit, ya dari minyak. Justru Irak produsen minyak nomor dua tebesar di Arab. Ternyata dari kasus ini AS dan sekutu memperlihatkan watak imperialisme, dengan tindakan invasi dan agresinya memperlihatkan gaya baru kolonialisme dalam tatanan dunia baru. AS mengklaim diri polisi dunia pasca runtuhnya unisoviet, mencanangkan perlindungan HAM bersama sekutunya terutama Inggiris negara sumber gerakan HAM itu, tetapi paling banyak melanggar HAM. Pelanggaran HAM secara inplisit terbaca dari tindakannya selalu campur tangan dalam urusan politik dalam negeri dan urusan rumah tangga suatu negara, tidak hendak menegakkan supremasi hukum internasional, bahkan membawa hukum itu ke tiang gantungan kematian hukum internasional. Tindakan brutalnya dicegat badan dunia PBB, itu pun tak berdaya dan tidak didengar dan tak dihargai. Terpikir, kalau hanya mencari Sadam kenapa harus melakukan agresi dan menghancurkan Irak, seperti juga sebelumnya kalau AS mau menangkap Osama seorang yang berada di Afghanistan kenapa harus menghancurkan Afghanistan. Tidak kuatkah hukum internasional memanggil kedua tokoh itu sebagai praduga tidak bersalah seperti telah mulai dicanangkan Declaration des Droits de l’Home (1789). Tindakan memalukan Amerika mencari Sadam dan Osama dengan alasan memburu teroris, sama artinya, menembak nyamuk dengan besoka.
 
 Masyarakat dunia gelisah, tidak saja di Irak. AS negara besar tidak memberikan perlindungan kepada warga dunia. Menyedihkan. Lihatlah skenario CIA dalam fenomena meruntuh simbol kekuasaan Sadam dengan merobohkan patungnya di jantung kota Bagdad terakhir. Tidak saja perasaan halus penyair beteriak, tetapi masyarakat awam di luar Irak pun tersayat, rasanya hanya bisa pasrah dan berucap iirasional, “kalau-kalau datang keajaiban… tuyul dari Indonesia atau burung ababil yang pernah turun di arab…”, apalagi masyarakat Irak. Terasa bait-bait tidak disadari mengalir:
Hei warga Bagdad!
Yang menari-nari di pentas kemenangan sekutu
Tahu kamu, masyarakat dunia pun tahu
Bukan wargamu itu
hantu-hantu gentayang keluar dalam selimut
dan berjoget di pentas maya CIA
memainkan sandiwara, bukan anti Sadam
Sadarlah sadar dan lihat mereka tersenyum
Meski yang dirubuhkan patung Sadam
Tapi mempermalukan arab dan Islam
….
(YY, SMS buat warga Bagdad, 2003)
 
Bukan tidak ada kegelisahan masyarakat Irak karena kerasnya Sadam memerintah. Justeru sejak perang teluk-1 prahara kemanusiaan di Irak mengambil bentuk dan tidak pernah berhenti, ditambah dengan pasca invasi AS ke Irak pada perang Teluk-2 2003. Habiburrahman Saerozi dalam menelusuri Puisi Prahara Kemanusiaan di Irak (Republika, 23 Maret 2003:8) mengapresiasi antologi Ballada ibnu Zuraiq (Ahzan Ibnu Zuraiq) karya penyair terkemuka M.Radhi Jaafar seorang doktor sastra arab merekam bentuk kegelisahan masyarakat Irak pasca perang teluk-I. Irak yang sekarat, negeri hancur, banyak pabrik minuman dan makanan hancur, kehidupan yang luluh lantak, juga sikap diskriminatif bangsa arab sendiri yang dialamatkan ke warga Irak di dalam/ luar negeri dan dicap teroris. Pengalaman ini dialami langsung penyair Irak Dr. M.Radhi ini ketika di Damaskus yang tidak dihargai, doktornya pun tidak menolong. Tidak itu saja kehidupan yang nyaris mati di Irak terkena embargo dunia. Warga eksodus, tapi berarti menantang kematian. Lihat lirik M.Radhi berikut:

jalan merah menyala memotongku
dan aku memotong jalan tanpa kuda
tanpa harta
tanpa bekal
para eksodus yang fakir
terbakar di bawah
mata hari musim panas di jazirah tandus

(M.Radi dalam Habiburrhman, 2003)
 
Kerasnya Sadam, banyak alasan, di antaranya lantaran ingin membela tanah airnya dari ancaman AS dan sekutunya, bertahan dari keinginan AS menjadikannya dan arab boneka, mencegat keinginan AS menyedot dan mengalirkan minyak ke negerinya, dll. Sadam keras agar negaranya makmur dan mandiri, tidak tergantung Amerika. Sikap Sadam itu memicu perang, dan menyebabkan penderitaan dan kemiskinan. Tetapi sebaliknya ada informasi yang kontradiktif, Irak bertahan pasca perang meski diembargo, kemiskinan tidak seperti diteriakan dunia, minyak tetap diproduksi, negeri tetap kaya, sekolah disubsidi, obat-obatan murah, yang terlantar mendapat tunjangan pemerintah Sadam. Marahnya ditujukan pada AS, tanpa AS Irak dan arab bisa makmur. Karenanya apapun kepentingan AS di Timur Tengah Sadam mau mencegatnya.
 
Pengalaman tahun 1991, Sadam sebenarnya tidak tega menganeksasi Kuwait dan dianggap pemicu perang Teluk-1, bahkan ia katakan kepada Mesir sebuah jaminan juga arab saudi. Tapi tengah malam 2 Agustus ia terpaksa menganeksasi Kuwait, sekaligus mencegat AS dan sekutunya akan meresmikan pangkalan NATO di Kuwait itu 4 Agustus, dan… sangat dramatis. AS tentu marah besar, strategi politik terbaca dan terpenggal Sadam, minyak tersumbat ke negaranya dan roda mesin industri AS harus jalan juga, memicu arab berani melawan AS, karenanya AS ingin perangi Sadam. Tapi sial, tidak banyak yang seberani dan se heroik Sadam, bahkan disayangkan sebagian negara Arab Islam (yang tentu alasan keamanan nasionalnya, tak peduli meski harus jadi boneka dan sumur minyak tergadai pada AS) seperti Arab Saudi, sudi memberi wilayahnya sebagai basis senjata strategis AS menyerang saudara arabnya sendiri Irak. Sadam benci dan melibas setiap bangsa dan orang di Irak dan di Arab yang tega-tega menjual diri kepada AS. Bangsa dan orang yang kena libas pun benci dan gelisah. Karena dari kaca matanya, Sadam ancaman, terekamlah di antara denyut nadi yang benci Sadam di Irak dan di Arab. Simaklah perasaan benci kepada Sadam yang disebut sebagai Hitler Timur Tengah dalam lirik satire (hija’) Syeikh `A’id Abdillah Al-Qarni sbb.:
 
Hitler Timur Tengah
Itukah Sadam itukah Abu Lahab
Telah celaka kedua tangan pembawa kayu api
Hai ular berbisa hai api yang dengki
Berapa banyak biji mata copot
Meratap sa’at perang terjadi
Hai pembunuh kemuliaan hai penumpah darah
Kau s’lalu puas berendam dalam darah kami
Tumpah tanpa sebab
Hai pengkhianat sejarah kau takuti umat kami
Bangkit gelora nafsu janda ditinggal suami
Bahkan mengagetkan semua lelaki muda
….

Sadam malah amat membeci sikap standar ganda AS dan kemenduaan sebagian bangsa Arab yang terbius dengannya dan oposisi serta orang-orang pemberontak di tanah airnya. Terlebih benci pada sikap arab yang tidak jelas dalam membela Palestina. Sadam sangat prihatin pada Palestina, sampai-sampai nama Palestina diabadikannya di berbagai tempat di Irak seperti Hotel Palestina yang pernah dibom AS dan menewaskan beberapa wartawan termasuk al-jazeerah yang kontra AS. Tapi sebagian bangsa arab ada yang berbalik membenci Sadam, kalau harus membela Palestina, benci Israel dan AS, kenapa harus menyerang Kuwait, seperti terjadi mis-kumunikasi. Dikira Sadam berambisi kuasasi seluruh arab, seperti ambisi AS. Lihatlah dalam lirik lanjutan Syeikh berikut:
….
hai Hitler Timur, kau ambil Israel jadi dalih
lalu kau sebar maut buat arab
pekikan menggali lobang saluran air
di dalamnya mengalir darah pemimpin tinggi
setiap kali pertumpahan darah
‘kan mengorbankan umat kami
akankah menghancurkan
seluruh kerabat di malam menakutkan
hai pengkhianat bangsa dan manusia
penjual kehormatan
….
 
Karena saking benci arab dan yang terkena tindakan tegas Sadam di Irak, mencapnya telah melakukan kontra produktif di arab dan… ingin mengusirnya. Sikap arab itu terlihat dala puisi lanjutan Syeikh berikut:
….
 
hai pembakar umat arab dengan petaka duka
masa dan sejarah ‘kan mencatat apa yang dilakukan
tangan kananmu yang sial atau apa
yang kau katakan mulut dusta
Hush!, hai manusia mulia
kau tak setali darah dengan kami
kau tidak pernah tersebut
dalam daftar pahlawan kami
….
 
Kini Sadam telah tergusur, ceritanya ia masih sehat wal `afiat. Tapi entah di negara mana: di Suriah, di Perancis atau di Rusia?. Masihkah ada tersisa secebis rasa dan pembelaan untuk Sadam. Dalam rakaman puisi ada. Di perang Teluk-I pertama pun demikian. Banyak lahir puisi simpati pada perjuangan Sadam. Lihatlah puisi himasah (heroik) Malik Al-Mathlubiy berikut:
 
hai Irak mulai, serang
hai besi terjang

hai pekik zaman
tumpah darahku tolong
ini panggilan pepohonan
tumpah darahku tolong
ini jeritan syuhada

 
Yang setia kepada Irak dan Sadam, mengobarkan perang melawan AS. Siapa mati di medan perang melawan AS ia syahid. Sadam juga memerangi setiap orang yang tega menjual harga diri Irak dan arab kepada bangsa asing. Perang berbicara dan dikenallah sejak dulu scut Irak dan bungker, tidak terduga, ada yang tidak tembus beribu tom bom, ada bungker yang terakhir diketahui bisa menyimpan pesawat sivil dan tempur. Apalagi bungker untuk mengamankan Sadam, ah tidak mustahilah ada. Tapi kekuatan AS dan sekutu terlalu kuat, meski pun Sadam nekad berjuang sampai tetesan darah terakhir dengan tentara garda republik pimpinan Uday putranya, namun tidak mungkin pula ia seorang muslim bunuh diri. Sudah demikian kekuatan asing dengan senjata strategisnya menghantamnya dan negeri kalau dihadapi juga sama artinya bunuh diri. Maka ia lenyap, belum bisa diungkap prahara bungker, bagi Amerika pun bagai kismis (kisah misteri). Nggak taunya Sadam tersenyum lebar, ah … Bush, kamu!.***
Padang, 7 Mei 2003
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Yuyu Center - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger