/ Yulizal Yunus

Iklim budaya yang sehat amat menentukan suksesnya pembangunan pada
semua struktur pembangunan. Iklim budaya dimaksud misalnya dalam sistim
pertanian, adalah prilaku dan sikap mental petani dalam bertani. Di
antara budaya masyarakat tani dan menjebak mereka dalam kemiskinan di
antaranya, (1) jangankan berfikir menambah pembukaan lahan baru, lahan
yang ada saja sering ditelantarkan, tidur dan tidak produktif, (2)
petani sawah punya pardigma yang memandang hanya padi yang bisa
menghidupkan, kalau beralih ke yang lain, ada kesan bisa mati, pada hal
menanam semangka pasca panen padi hasilnya juga besar dan bisa beli
beras, setelah itu ditanam jagung, kemudian kacang panjang pasca panen
jagung sekaligus memudahkan teknologi menjunjungkan kacang panjang
dengan batang jagung yang sudah siap dipenen dst., (3) pasca panen padi
sawah, berhenti berusaha tani, lebih banyak duduk di lapau sampai padi
habis, tidak piker besok, pokoknya ”tali tali/ ijuk ijuk/ kini kini/
esok esok”. Habis padi mencari lagi, masih untung kalau kondisi alam
menguntungkan, karena masih dominant tergantuang cuaca/ kondisi alam,
kalau tidak menguntungkan cuaca bisa terjebak masa pecaklik dan
kelaparan, (4) kelaparan di kampung, ancang-ancang merantau seperti
burung mencari di mana kayu berbuah, sampai ke Malaysia, masih untung
kalau nasib masih berpihak, bisa masuk dengan baik, kalau nasib malang
diuber, disebut pentang haram, malang sekali, dsb.
Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit, bertekad pembangunan pertanian
masih menjadi prioritas (Yunisman, Padek 20-01-08:30). Upayanya yang
mengesankan mengajak masyarakat meningkatkan pemanfaatan dan
produktifitas lahan tidur dalam kerangka program pengentasan kemiskinan,
sehingga lahan terlantar semakin berkurang dan kemiskinan pun secara
bertahap dapat dientaskan. Lahan tidur basah dan kering ada sekitar
20.844 Ha tersebar pada 12 kecamatan di Pessel di Kecamatan Linggo saja
ada sekitar 1.500 Ha kata Arpen Abbas/ Kasub Dinas Diperta (Padek
28-01-08:30). Afrizon Nazar Kepala Diperta Pessel (Padek 28-01-08:30)
memperkirakan sedikitnya ada 1000 lahan terlantar tersebar di Linggo
Sari Baganti, Lusi, Ranah Pesisir, Pancung Soal, Basa IV Balai, Sutra
dan Batangkapas.
Untuk memproduktifkan lahan tidur, upaya Pemkab di era Bupati Nasrul Abit (dengan trio Wabub Syafrizal dan Sekdanya Adril):
1. Mencarikan petani berbagai jenis tanaman yang cocok untuk dikembangkan baik tanaman pangan maupun holtikultura.
2. Membuka lahan baru, tahun 2007 dibuka sawah baru 121 Ha yakni di Sei Kuyuan – Pancuang Soal 85 Ha dan di Ampang Tulak – Basa Ampek Balai 36 Ha. Tahun 2008 ini akan buka sawah baru 215 Ha.
3. Menyediakan modal pendamping berupa kredit lunak KPER bagi petani yang tergabung dalam koperasi.
4. Memberdayakan masyarakat tani dalam bentuk penyadaran dengan kegiatan penyuluhan bahkan juga dalam bentuk pembekalan dengan kegiatan pelatihan, yang kinerjanya diharapkan SDM petani dapat menguasai teknologi pertanian modern, dll.
1. Mencarikan petani berbagai jenis tanaman yang cocok untuk dikembangkan baik tanaman pangan maupun holtikultura.
2. Membuka lahan baru, tahun 2007 dibuka sawah baru 121 Ha yakni di Sei Kuyuan – Pancuang Soal 85 Ha dan di Ampang Tulak – Basa Ampek Balai 36 Ha. Tahun 2008 ini akan buka sawah baru 215 Ha.
3. Menyediakan modal pendamping berupa kredit lunak KPER bagi petani yang tergabung dalam koperasi.
4. Memberdayakan masyarakat tani dalam bentuk penyadaran dengan kegiatan penyuluhan bahkan juga dalam bentuk pembekalan dengan kegiatan pelatihan, yang kinerjanya diharapkan SDM petani dapat menguasai teknologi pertanian modern, dll.
Upaya pertama pencarian jenis tanaman yang cocok bagi petani, sebenar
kegiatan ini akan mempunyai impact, menyentuh iklim budaya (prilaku)
masyarakat tani dalam bertani, ingin merubah paradigma yang memandang,
hanya padi satu-satunya yang bisa menghidupkan, beralih ke jenis tanaman
lain yang juga menguntungkan melebihan hasil padi. Upaya kedua, secara
tidak langsung merubah prilaku masyarakat sadar, anggota keluarga tetap
bertambah, sawah perlu ditambah di samping tidak boleh beprilaku
mentelantarkan lahan yang ada sehingga tidak produktif serta berdampak
ancaman kemiskinan keluarga pemilik lahan terlantar itu. Ketiga
menyentuh prubahan prilaku, yang selama ini terjebak dalam lagu, ya dana
ya dana, tak ada modal dengan apa harus bekerja tani?. Sekarang
disediakan modal, mampu apa tidak memacu produksi dan jujur apa tidak
mengembalikan kredit sebagai modal usaha tani itu?. Keempat menyentuh
prilaku, masyarakat tani segera setiap saat menyadari kekuatan potensi
dirinya didukung teknologi pertanian dalam memacu ekonominya sebagai
masyarakat tani.
Tak kalah pentingnya ditawarkan konsep, Diperta, kembali menemukan
jenis tanaman yang cocok, rubah paradigma lama hanya padi (sawah –
ladang). Seperti juga menemukan jenis tanaman holtikultura dan tanaman
lain bagi perkebunan rakyat. Dalam sejarah kebesaran ekonomi Pesisir
Selatan masa Banda X, tidakkah Indrapuran dan Pulau Cingkuk serta 10
bandar (kota pantai/ kota dagang) di Pessel dikenal dengan pelabuhan
lada di samping pelabuhan emas, yang memancing Belanda, Inggiris dan
sebelumnya Cina berambisi menguasai pelabuhan pantai Barat Sumatera di
Pesisir Selatan ini?. Merubah paradima hanya padi itu, dimungkinkan
menciptakan skema langkah yang praktis dengan flowchart yang pasti,
alternative dilakukan operasi door to door, mengoperasionalkan staft,
penyuluh pertanian dan kelembagaannya yang ada plus ninik mamak penghulu
suku, ajak rakyat/ kapanakan ninik mamak rubah paradigma hanya padi
tapi juga tanaman pangan lain yang hasilnya juga besar. Yang telah
berubah dari paradigma hanya padi contohnya di Lusi dan mungkin juga di
Bayang. Operasi door to door itu, secara matematis dibagi rumah tangga,
seluruh rumah tangga itu apakah dapat dijangkau dalam masa waktu lima
tahun misalnya? Semua RTM terhubungi dan temotivasi untuk beralih dari
paradigma hanya padi di samping memperbaiki iklim budaya (prilaku) RTM
masyarakat tani itu secara luas dalam sistim pertanian.
Dengan berbagai upaya pengembangan pertanian dengan perbaikan iklim
budaya masyarakat tani, Pessel tetap surplus gabah. Sejak dulu gemilang,
ketika dikembangkan varetas unggulan sokan, ir-42, batang piaman dll.
dengan hasil 4,5 ton/ Ha. Pernah Pessel menjadi lumbung beras organic di
Sumbar. Sekarang dengan kemampuan lahan pertanian Pessel antara 54-55
Ha/ tahun (Catata Arpen), Pessel masih surplus gabah mencapai 50.000 –
60.000 ton pertahun setara dengan 30.000 ton beras.***
Posting Komentar